- Back to Home »
- Agama , Akhlaq , Motivasi , Siroh »
- Akhlak Mulia
Posted by : Arriqo Arfaq
Sabtu, 22 Agustus 2015
Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sungguh aku diutus menjadi
Rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).”
Pada sebagian riwayat:
لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.”
Islam adalah agama yang penuh
keindahan. Ia dibangun di atas akidah tauhid yang bersih dari kesyirikan. Ia
membebaskan manusia dari penghambaan kepada makhluk, hingga cinta dan
peribadatan hanya untuk Allah Rabbul ‘Alamin. Allah l berfirman:
Katakanlah, “Sesungguhnya shalat,
ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al-An’am: 162—163)
Ibadahnya mudah, tidak membebani.
Dengannya jiwa menjadi suci dan dada menjadi lapang. Muamalahnya adil dan jauh
dari kezaliman, mewujudkan suasana bantu-membantu di atas takwa dan kebaikan.
Demikian pula akhlak yang dibawa oleh Islam adalah akhlak yang agung dan
menakjubkan.
Tentang keindahan Islam ini,
asy-Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di (wafat
tahun 1376 H) mengatakan, “Islam memerintahkan segala amalan kebaikan,
akhlak-akhlak mulia, dan seluruh kemaslahatan manusia. Islam mengajarkan
keadilan, keutamaan, kasih sayang dan semua kebajikan. Sebaliknya, Islam
melarang kezaliman, penyimpangan, dan akhlak-akhlak yang tercela. Tidak ada
satu sisi kebaikan pun yang dibawa oleh para nabi dan rasul melainkan syariat
Rasulullah n menetapkannya. Demikian pula, tidak ada satu maslahat pun baik
duniawi maupun ukhrawi yang diseru oleh syariat nabi-nabi terdahulu melainkan
syariat Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam juga menyeru kepadanya. Demikian
pula segala kerusakan, syariat Islam melarangnya dan memerintahkan agar
dijauhi.” (ad-Durrah al-Mukhtasharah fi Mahasini ad-Dinil Islami)
Kiat-kiat untuk Berakhlak
Mulia
Diantara sebab yang mengantarkan
pada akhlak Islami adalah memperbanyak membaca Al Qur’an serta men-tadabburi
maknanya. Lalu bersungguh-sungguh untuk berperilaku dengan akhlak yang
sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Qur’an mengenai sifat-sifat para
hamba-Nya yang shalih. Hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia.
Demikian juga hendaknya
memperbanyak duduk bersama orang-orang baik dan berakrab-akrab dengan mereka.
Juga dengan memperbanyak membaca hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam yang menunjukkan tentang akhlak mulia.
Demikian juga hendaknya banyak
membaca kisah-kisah orang terdahulu dalam kitab-kitab sirah nabawiyyah dan
sejarah Islam, yaitu membaca bagaimana sifat dan akhlak orang-orang shalih di
masa itu. Semua hal ini dapat mengantarkan kita pada akhlak yang mulia dan
beristiqamah di atasnya.
Namun sebab yang paling besar
adalah Al Qur’an dengan banyak membacanya serta men-tadaburi maknanya dengan
benar-benar menghadirkan hati yang penuh keinginan tulus untuk berakhlak mulia
ketika membaca Al Qur’an dan men-tadaburi-nya. Inilah hal terbesar yang bisa
mengantarkan kepada akhlak mulia, dengan juga memberi perhatian yang serius
terhadap hadits-hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tentang
akhlak mulia.
Akhlak Mulia Berat
Timbangannya
Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma berkata
menyifati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Beliau tidak pernah berbuat
kejelekan dan tidak pernah mengucapkan ucapan yang jelek.” Lalu Abdullah bin
Amr berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya
orang-orang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.
Al-Bukhari no. 6035 dan Muslim no. 2321)
Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
“Tidak ada sesuatu yang lebih
berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak
yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi
mengucapkan ucapan yang jelek.” (HR. At-Tirmizi no. 2002, Abu Daud no. 4799,
dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5726)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ
مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ
عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia
ke dalam surga, maka beliau pun menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang
mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan
manusia ke dalam neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR.
At-Tirmizi no. 2004)
Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi :