Macam-Macam Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πῦρ, yang berarti api; dan κλαστός, yang berarti rusak) merupakan bagian dari batuan volkanik. Batuan fragmental yang secara khusus terbentuk oleh proses volkanik eksplosif (letusan). Berikut ini akan dijelaskan beberapa deskripsi batuan Piroklastik seperti Skoria, Pumice, Tuff, Lapilli, dll.
1. Pumice
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu coklat kemerahan, struktur batuannya massive, sifat batuannya ialah asam, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan pumice ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d > 64 mm). Sedangkan bentuk dari pumice ialah glassy. Petrogenesa dari batuan pumice ialah terbentuk dari batuan asam yang terbetuk dari letusan gunung api. Pumice sering disebut batuapung.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam Pumice adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan Pumice adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria.
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya, Pumice diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan Pumice selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
Pemanfaatna batuan Pumice adalah sebagai bahan baku pembuatan agregat ringan dan beton agregat ringan, hal ini disebabkan karena sifat batuan Pumice ringan, kedap suara, mudah dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu, Pumice juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor industri lain, Pumice digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
Properties Pumice terdiri dari piroklastik kaca yang sangat microvesicular dengan sangat tipis, tembus dinding-dinding gelembung extrusive batu beku. Hal ini umumnya, tetapi tidak secara eksklusif dari felsic untuk silicic atau penengah dalam komposisi (misalnya, rhyolitic, dasit, andesit, pantellerite, phonolite, trachyte), tetapi komposisi basaltik dan lain diketahui. Pumice umumnya berwarna cerah, mulai dari putih, krem, biru atau abu-abu, atau hijau-cokelat. Batu apung adalah produk umum letusan bahan peledak (Plinian dan ignimbrite-membentuk) dan umumnya membentuk zona-zona di bagian atas silicic lavas.
2. Scoria
Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria adalah cinder. Scoria diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Kubah vulkanik scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncaknya. Contohnya Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru yang seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.
Batuan scoria, yang memiliki kenampakan warna yaitu kecokelatan dan kemerahan, sifat batuan dari scoria yaitu basa, struktur batuannya vesikuler, dan derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada scoria ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah bomb (d>64 mm). Sadangkan bentuk dari scoria ialah masa dasar glass. Scoria terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung berapi.
Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava. Batu adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
Terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung berapi. Scoria yang juga dikenal sebagai abu, merupakan komponen utama cinder cone. Sebuah kerucut cinder adalah kecil tetapi tipe gunung berapi yang sangat umum. Cinder cone juga telah disebut Scoria cones. Cinder cone jarang tumbuh sangat besar, tetapi kadang-kadang bentuk yang sangat simetris bukit-bukit berbentuk kerucut. Scoria tidak memiliki banyak kegunaan. Bahkan nama ini berasal dari sebuah istilah untuk sampah. Namun dapat digunakan sebagai batu hias yang menarik dengan warna kemerahan. Sebagian besar patung-patung Pulau Paskah disebut Moai telah Scoria batu dalam desain mereka.
Petrogenesa batuan ini adalah ketika terjadi peningkatan tekanan magma, gas terlarut dapat exsolve dan membentuk vesikula. Beberapa vesikula terjebak ketika magma membeku. Biasanya vesikula kecil, bulat dan tidak menimpa satu sama lain. Kerucut vulkanik Scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncak. Contoh adalah Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru, yang seperti Three Kings di selatan kota yang sama telah banyak digali. Quincan, bentuk unik Scoria, yang digali di Gunung Quincan di Far North Queensland, Australia. Pertambangan di Puna Pau on Rapa Nui / Pulau Paskah adalah sumber Scoria berwarna merah yang digunakan orang rapanui mengukir patung-patung Moai khas mereka.
3. TUFF
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama letusan gunung berapi. Tuff kadang-kadang disebut tufa, terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan, meskipun tufa juga mengacu pada batu yang sangat berbeda.
Batu Tuff yang memiliki kenampakan warna yaitu putih terang, struktur batuannya berlapis, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah ash / abu (d < 2 mm). Sedangkan bentuk dari tuff ialah fragmental. Petrogenesa dari batuan terbentuk dari hasil letusan gunung api dan kemudian diendapkan.
Produk dari letusan gunung berapi adalah gas vulkanik, lava, uap, dan tephra. Magma meledak ketika berinteraksi hebat dengan gas vulkanik dan uap. Bahan padat diproduksi dan dilemparkan ke udara oleh letusan gunung berapi seperti disebut tephra, terlepas dari komposisi atau ukuran fragmen. Jika potongan-potongan yang dihasilkan letusan cukup kecil, materi ini disebut abu vulkanik, yang didefinisikan sebagai partikel-partikel seperti kurang dari 2 mm dengan diameter, berukuran pasir atau lebih kecil.
4. Lapili Stone
Lapili stone (Lapili) yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (2-64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah plagioklas dan hornblende (amphibol).
Sebuah partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom vulkanik ketika cair, atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang lebih kecil daripada lapili disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus (Unconsolidated)
5. Obsidian
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam mengkilat, struktur batuannya massive, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm). Petrogenesa dari batuan terbentuk secara rapidly sehingga tidak sempat membuntuk kristal.
Obsidian adalah batu beku extrusive terbentuk ketika lava felsic meletus dari sebuah gunung berapi dan mendinginkan terlalu cepat untuk memungkinkan kristal untuk membentuk, mengakibatkan kaca. Obsidian berkisar dalam warna dari hijau menjadi jelas paling sering hitam. Obsidian biasanya 70% atau lebih SiO2 dan komposisinya mirip granit atau rhyolite. Obsidian mineral terdiri dari SiO2 relatif murni (sama seperti kuarsa), tapi tentu saja adalah non-kristalin kaca.
Obsidian adalah kaca vulkanik yang terjadi secara alami terbentuk sebagai sebuah batu beku ekstrusif. Hal ini dihasilkan ketika ekstrusi felsic lava dari gunung berapi mendingin tanpa pembentukan kristal. Obsidian umumnya ditemukan di dalam batas-batas aliran lava. Rhyolitic dikenal sebagai obsidian mengalir, di mana komposisi kimia (kandungan silika tinggi) menginduksi viskositas tinggi dan derajat polimerisasi lava. Atom yang inhibisi difusi melalui ini sangat kental dan polimerisasi lava menjelaskan kurangnya pertumbuhan kristal. Karena kurangnya struktur kristal, tepi bilah obsidian bisa mencapai hampir molekul kurus, yang menyebabkan kuno digunakan sebagai proyektil poin, dan modern yang digunakan sebagai pisau bedah pisau bedah.
Obsidian adalah mineral, tetapi tidak mineral sejati karena sebagai kaca tidak kristalin; di samping itu, komposisi terlalu rumit untuk membentuk satu mineral. Kadang-kadang diklasifikasikan sebagai mineraloid. Meskipun obsidian berwarna gelap mirip dengan batu mafic seperti basalt, obsidian komposisi sangat asam. Obsidian terdiri dari SiO2 (silikon dioksida), biasanya 70% atau lebih. Batu kristal dengan komposisi obsidian termasuk granit dan rhyolite. Obsidian memiliki kadar air rendah ketika segar, biasanya kurang dari 1% air berdasarkan berat, tetapi menjadi semakin kering saat terkena air bawah tanah, membentuk perlite.
Obsidian biasanya gelap dalam penampilan, meskipun warna bervariasi tergantung pada kehadiran pengotor. Besi dan magnesium biasanya memberikan obsidian hijau tua menjadi cokelat ke warna hitam. Sangat sedikit sampel hampir tidak berwarna. Dalam beberapa batu, dimasukkannya kecil, putih, kristal berkumpul radial kristobalit di kaca hitam menghasilkan jerawat atau pola kepingan salju (kepingan salju obsidian). Pola-pola tersebut mungkin juga mengandung gelembung gas yang tersisa dari aliran lava, sejajar sepanjang lapisan diciptakan sebagai batuan cair mengalir sebelum didinginkan. Gelembung ini dapat menghasilkan efek yang menarik seperti emas kemilau (kilau obsidian) atakilau pelangi (rainbow obsidian).
1. Pumice
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu coklat kemerahan, struktur batuannya massive, sifat batuannya ialah asam, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan pumice ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d > 64 mm). Sedangkan bentuk dari pumice ialah glassy. Petrogenesa dari batuan pumice ialah terbentuk dari batuan asam yang terbetuk dari letusan gunung api. Pumice sering disebut batuapung.
![]() |
Gambar 1. Pumice |
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya, Pumice diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan Pumice selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
Pemanfaatna batuan Pumice adalah sebagai bahan baku pembuatan agregat ringan dan beton agregat ringan, hal ini disebabkan karena sifat batuan Pumice ringan, kedap suara, mudah dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu, Pumice juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor industri lain, Pumice digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
Properties Pumice terdiri dari piroklastik kaca yang sangat microvesicular dengan sangat tipis, tembus dinding-dinding gelembung extrusive batu beku. Hal ini umumnya, tetapi tidak secara eksklusif dari felsic untuk silicic atau penengah dalam komposisi (misalnya, rhyolitic, dasit, andesit, pantellerite, phonolite, trachyte), tetapi komposisi basaltik dan lain diketahui. Pumice umumnya berwarna cerah, mulai dari putih, krem, biru atau abu-abu, atau hijau-cokelat. Batu apung adalah produk umum letusan bahan peledak (Plinian dan ignimbrite-membentuk) dan umumnya membentuk zona-zona di bagian atas silicic lavas.
2. Scoria
Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria adalah cinder. Scoria diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Kubah vulkanik scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncaknya. Contohnya Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru yang seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.
![]() |
Gambar 2. Scoria |
Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava. Batu adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
Terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung berapi. Scoria yang juga dikenal sebagai abu, merupakan komponen utama cinder cone. Sebuah kerucut cinder adalah kecil tetapi tipe gunung berapi yang sangat umum. Cinder cone juga telah disebut Scoria cones. Cinder cone jarang tumbuh sangat besar, tetapi kadang-kadang bentuk yang sangat simetris bukit-bukit berbentuk kerucut. Scoria tidak memiliki banyak kegunaan. Bahkan nama ini berasal dari sebuah istilah untuk sampah. Namun dapat digunakan sebagai batu hias yang menarik dengan warna kemerahan. Sebagian besar patung-patung Pulau Paskah disebut Moai telah Scoria batu dalam desain mereka.
Petrogenesa batuan ini adalah ketika terjadi peningkatan tekanan magma, gas terlarut dapat exsolve dan membentuk vesikula. Beberapa vesikula terjebak ketika magma membeku. Biasanya vesikula kecil, bulat dan tidak menimpa satu sama lain. Kerucut vulkanik Scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung dengan kawah di puncak. Contoh adalah Gunung Wellington, Auckland di Selandia Baru, yang seperti Three Kings di selatan kota yang sama telah banyak digali. Quincan, bentuk unik Scoria, yang digali di Gunung Quincan di Far North Queensland, Australia. Pertambangan di Puna Pau on Rapa Nui / Pulau Paskah adalah sumber Scoria berwarna merah yang digunakan orang rapanui mengukir patung-patung Moai khas mereka.
3. TUFF
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama letusan gunung berapi. Tuff kadang-kadang disebut tufa, terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan, meskipun tufa juga mengacu pada batu yang sangat berbeda.
![]() |
Gambar 3. Tuff |
Produk dari letusan gunung berapi adalah gas vulkanik, lava, uap, dan tephra. Magma meledak ketika berinteraksi hebat dengan gas vulkanik dan uap. Bahan padat diproduksi dan dilemparkan ke udara oleh letusan gunung berapi seperti disebut tephra, terlepas dari komposisi atau ukuran fragmen. Jika potongan-potongan yang dihasilkan letusan cukup kecil, materi ini disebut abu vulkanik, yang didefinisikan sebagai partikel-partikel seperti kurang dari 2 mm dengan diameter, berukuran pasir atau lebih kecil.
4. Lapili Stone
Lapili stone (Lapili) yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (2-64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah plagioklas dan hornblende (amphibol).
Sebuah partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom vulkanik ketika cair, atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang lebih kecil daripada lapili disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus (Unconsolidated)
![]() |
Gambar 4. Lapili |
5. Obsidian
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam mengkilat, struktur batuannya massive, derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan tuff ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm). Petrogenesa dari batuan terbentuk secara rapidly sehingga tidak sempat membuntuk kristal.
Obsidian adalah batu beku extrusive terbentuk ketika lava felsic meletus dari sebuah gunung berapi dan mendinginkan terlalu cepat untuk memungkinkan kristal untuk membentuk, mengakibatkan kaca. Obsidian berkisar dalam warna dari hijau menjadi jelas paling sering hitam. Obsidian biasanya 70% atau lebih SiO2 dan komposisinya mirip granit atau rhyolite. Obsidian mineral terdiri dari SiO2 relatif murni (sama seperti kuarsa), tapi tentu saja adalah non-kristalin kaca.
Obsidian adalah kaca vulkanik yang terjadi secara alami terbentuk sebagai sebuah batu beku ekstrusif. Hal ini dihasilkan ketika ekstrusi felsic lava dari gunung berapi mendingin tanpa pembentukan kristal. Obsidian umumnya ditemukan di dalam batas-batas aliran lava. Rhyolitic dikenal sebagai obsidian mengalir, di mana komposisi kimia (kandungan silika tinggi) menginduksi viskositas tinggi dan derajat polimerisasi lava. Atom yang inhibisi difusi melalui ini sangat kental dan polimerisasi lava menjelaskan kurangnya pertumbuhan kristal. Karena kurangnya struktur kristal, tepi bilah obsidian bisa mencapai hampir molekul kurus, yang menyebabkan kuno digunakan sebagai proyektil poin, dan modern yang digunakan sebagai pisau bedah pisau bedah.
![]() |
Gambar 5. Obsidian |
Obsidian biasanya gelap dalam penampilan, meskipun warna bervariasi tergantung pada kehadiran pengotor. Besi dan magnesium biasanya memberikan obsidian hijau tua menjadi cokelat ke warna hitam. Sangat sedikit sampel hampir tidak berwarna. Dalam beberapa batu, dimasukkannya kecil, putih, kristal berkumpul radial kristobalit di kaca hitam menghasilkan jerawat atau pola kepingan salju (kepingan salju obsidian). Pola-pola tersebut mungkin juga mengandung gelembung gas yang tersisa dari aliran lava, sejajar sepanjang lapisan diciptakan sebagai batuan cair mengalir sebelum didinginkan. Gelembung ini dapat menghasilkan efek yang menarik seperti emas kemilau (kilau obsidian) atakilau pelangi (rainbow obsidian).
Referensi:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. (2005) Batu Apung (Pumice). [Internet]. Tersedia di: < http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Batuapung/ulasan.asp?xdir=Batuapung&commId=3&comm=Batu%20apung%20(pumice)> [Diakses 16 oktober 2014]
Anonim. (2013) Scoria [Internet]. Tersedia di: < http://id.wikipedia.org/wiki/Scoria> [Diakses 16 oktober 2014]
Anonim. (2013) Lapili [Internet]. Tersedia di: < http://id.wikipedia.org/wiki/Lapili> [Diakses 16 oktober 2014]
Anonim. (2013) Obsidian [Internet]. Tersedia di: < http://id.wikipedia.org/wiki/Obsidian> [Diakses 16 oktober 2014]
Soscilla. (2009) Batu Obsidian [Internet]. Tersedia di: <
http://elevenmillion.blogspot.com/2009/08/batu-obsidian.htmln> [Diakses 16 oktober 2014]
Hobart King. (…..) Tuff [Internet]. Tersedia di: < http://geology.com/rocks/tuff.shtml> [Diakses 16 oktober 2014]
Hobart King. (…..) Scoria [Internet]. Tersedia di: < http://geology.com/rocks/scoria.shtml> [Diakses 16 oktober 2014]
Hobart King. (…..) Pumice [Internet]. Tersedia di: < http://geology.com/rocks/pumice.shtml> [Diakses 16 oktober 2014]
Hobart King. (…..) Obsidian [Internet]. Tersedia di: < http://geology.com/rocks/obsidian.shtml> [Diakses 16 oktober 2014]
Energy in The Future
Nowdays all countries have problems of energy sustainability, this was due to the limited supply of oil and gas. Now, oil and gas are the main energy source in the world so that the energy current depends on the availability of oil and gas. On the other hand, the need for energy is increasing, data from SKK Migas show that consumption of energy in Indonesia rose about 7% per year, so in 2025 we will need additional energy 180% of this year. This is further aggravated by the decreasing of oil and gas reserves, the data from SKK Migas tell us also that oil reserves will be run out in 12 years from now, while for gas 44 years.
Energy conservation needs to be done to solve the problem, we have to find a replacement energy to achieve national energy sustainability. Renewable energy such as geothermal energy, wind power, hydropower, solar energy, etc are needed to solve this problem.
A unconventional hydrocarbons in the solution of energy crisis, lately exploration is used to search unconventional hydrocarbons include: Coal Bed Methane (CBM), Shale Gas, Shale Oil, Gas Tight, Tight Oil, Gas hydrate, Sour gas (gas containing hydrogen sulfide / H2S). The data from Wood Mackenzie tell us the development of unconventional energy, from that data Tight oil dominates in developing unconventional energy, Tight oil is petroleum that consists of light crude oil contained in petroleum-bearing formations of low permeability, often shale or tight sandstone. (Wikipedia).
In addition shale gas also has potential to developed. Shale gas is natural gas that is found trapped within shale formations.[Wikipedia] Shale gas has become an increasingly important source of natural gas in the United States since the start of this century, and interest has spread to potential gas shales in the rest of the world. In 2000 shale gas provided only 1% of U.S. natural gas production; by 2010 it was over 20% and the U.S. government's Energy Information Administration predicts that by 2035, 46% of the United States' natural gas supply will come from shale gas, and how about the developing shale gas in Indonesia, Indonesia has high potential in shale gas development, shale gas reserves in Indonesia comes out at 574 TCF.
Renewable energy and hydrocarbon non conventional are the solution of energy crisis this day, hopefully with developing of renewable energy and hydrocarbon non conventional, we will not depend on consumption of oil and gas.
Reference:
Anonymous. (2014). Shale gas. [Internet]. Available at <http://en.wikipedia.org/wiki/Shale_gas> [Accessed on October 17 2014].
Stevens. J. (2012) Shale Gas and Tight Oil [Internet]. Available at <http://econbrowser.com/archives/2012/07/shale_oil_and_t> [Accessed on October 17 2014].
Energy conservation needs to be done to solve the problem, we have to find a replacement energy to achieve national energy sustainability. Renewable energy such as geothermal energy, wind power, hydropower, solar energy, etc are needed to solve this problem.
A unconventional hydrocarbons in the solution of energy crisis, lately exploration is used to search unconventional hydrocarbons include: Coal Bed Methane (CBM), Shale Gas, Shale Oil, Gas Tight, Tight Oil, Gas hydrate, Sour gas (gas containing hydrogen sulfide / H2S). The data from Wood Mackenzie tell us the development of unconventional energy, from that data Tight oil dominates in developing unconventional energy, Tight oil is petroleum that consists of light crude oil contained in petroleum-bearing formations of low permeability, often shale or tight sandstone. (Wikipedia).
In addition shale gas also has potential to developed. Shale gas is natural gas that is found trapped within shale formations.[Wikipedia] Shale gas has become an increasingly important source of natural gas in the United States since the start of this century, and interest has spread to potential gas shales in the rest of the world. In 2000 shale gas provided only 1% of U.S. natural gas production; by 2010 it was over 20% and the U.S. government's Energy Information Administration predicts that by 2035, 46% of the United States' natural gas supply will come from shale gas, and how about the developing shale gas in Indonesia, Indonesia has high potential in shale gas development, shale gas reserves in Indonesia comes out at 574 TCF.
Renewable energy and hydrocarbon non conventional are the solution of energy crisis this day, hopefully with developing of renewable energy and hydrocarbon non conventional, we will not depend on consumption of oil and gas.
Reference:
Anonymous. (2014). Shale gas. [Internet]. Available at <http://en.wikipedia.org/wiki/Shale_gas> [Accessed on October 17 2014].
Stevens. J. (2012) Shale Gas and Tight Oil [Internet]. Available at <http://econbrowser.com/archives/2012/07/shale_oil_and_t> [Accessed on October 17 2014].
Selasa, 14 Oktober 2014
Posted by Arriqo Arfaq
Batuan Piroklastik
Selain batuan metamorf, sedimen dan batuan beku terdapat satu lagi
jenis batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik, Kenapa disebut batuan
yang unik ?. Hal ini dikarenakan secara
genetis, kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan ekstrusif, tetapi secara
deskriptif dan cara terjadinya memperlihatkan ciri (struktur dan tekstur) yang
mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik. Kelompok batuan ini di
definisikan sebagai batuan yang dihasilkan (secara langsung) oleh aktifitas
erupsi secara eksplosif dari gunung api. Karena mempunyai sifat yang unik, maka
terminologi yang digunakan untuk pemerian batuan ini juga khusus.
Batuan piroklastik sangat berbeda
teksturnya dengan batuan beku, apabila batuan beku
adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke
fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun
campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan
material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang
dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai
ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah).
Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis
butirannya.
Pengamatan petrografi dari batuan
piroklastik ini sangat terbatas, oleh karena itu sangat di anjurkan, untuk
mempelajari dengan baik dari kelompok batuan piroklastik ini harus dilakukan
pengamatan di lapangan, karena keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan
pengamatan mikroskopi saja. ( Yuwono, 2002)
Contoh dari batuan piroklastik yaitu :
Tuff, Pumis,
dan Obsidian
Pelapukan Batuan (Weathering)
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan
pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau
angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan
menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air.
Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitupelapukan mekanis, pelapukan kimiawi,
dan pelapukan biologis.
![]() |
(Sumber : http://www.phs.d211.org/science/langerma/Earth%20Science/QOD/2nd%20Semester/Rusty%20Rock.jpg) |
1.
Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah
penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air,
perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang
dan malam. Untuk lebih jelasnya bagaimana perubahan itu, perhatikan baik-baik
berikut ini:
a. Akibat pemuaian
b. Akibat Pembekuan Air
c. Akibat perubahan Suhu tiba-tiba
d. Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam
a. Akibat pemuaian
b. Akibat Pembekuan Air
c. Akibat perubahan Suhu tiba-tiba
d. Perbedaan Suhu yang besar antara Siang dan Malam
2.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa
kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda
masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung
CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar,
apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
3.
Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu
yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang
digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau
binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas
itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
Posted by Arriqo Arfaq
Jenis-Jenis Batuan
Secara umum batuan digolongkan menjadi
3. Yaitu : batuan
beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut
berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
![]() |
http://nuggetshooter.ipbhost.com/uploads/gallery/album_19/gallery_26455_19_989200.png |
Batuan beku atau sering disebut igneous
rocks adalah batuan
yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan
dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi
batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari
besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya
relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan
granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat
letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah
basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite
Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary
rocks adalah batuan
yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan.
Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya
batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik.
Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari
material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan
sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah.
Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks)
atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source
rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan
sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi.
Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk
dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk
(source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping
terumbu.
![]() |
http://nuggetshooter.ipbhost.com/uploads/gallery/album_19/gallery_26455_19_556185.png |
Batuan sedimen dibedakan oleh jenis zat pengangkutnya, yaitu :
1.
Batu sediman aeolis : batuan hasil
proses pengangkutan oleh angin
2.
Batu sediman aluvial : batuan
hasil proses pengangkutan dan pembentukan oleh air yang mengalir. Contoh :
delta di muara sungai
3.
Batu sediman marin : batuan hasil
proses pengangkutan dan dibentuk oleh air laut. Contoh : sand-dune di
pantai
4.
Batu sediman glasial : batuan
hasil proses pengangkutan dan pembentukan oleh gletser atau es yang mengalir
Batuan metamorf atau batuan
malihan adalah batuan
yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan
yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan,
batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah
batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang
merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan
dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan
kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
![]() |
http://nuggetshooter.ipbhost.com/uploads/gallery/album_19/gallery_26455_19_493791.png |
Proses-proses tersebut berlangsung
sepanjang waktu baik di masa lampau maupun masa yang akan
datang. Kejadian alam dan proses geologi yang berlangsung
sekarang inilah yang memberikan gambaran apa yang telah terjadi di
masa lampau seperti diungkapkan oleh ahli geologi “JAMES HUTTON” dengan teorinya “THE PRESENT IS THE KEY
TO THE PAST”
Definisi Petrofisika dan Parameternya
Petrofisika (petro adalah bahasa
Latin untuk "rock" dan fisika adalah ilmu alam) adalah cabang dari
ahli kebumian (Geoscience) yang mempelajari sifat‐sifat batuan termasuk isi
yang terdapat didalamnya meliputi cairan dan bahan pembentuk itu sendiri. Ilmu
ini diperlukan untuk melakukan analisa formasi batuan. Di industri oil &
gas, sifat fisik batuan sangat penting dipelajari untuk mengetahui karakter
reservoar (batuan tempat menyimpan hidrokarbon) sebagai batuan yang layak untuk
dilakukan pengeboran ataupun perforasi (produksi) lebih lanjut, Pengambilan
data pada lubang bor untuk mengetahui unsur kandungan batuan, dengan memasukan
detektor elektronik dan radioaktif pada lubang sumur.
(Sumber Gambar: http://www.ireservoir.com/workflow_petro.html)
Beberapa parameter dalam petrofisik meliputi :
1.Porositas
2. Permeabilitas
3. Saturasi
4. Wettabilitas
5. Tekanan Kapiler
6. Resistivitas
batuan
Berikut ini akan dijelaskan beberapa parameter petrofisik tersebut :
Porositas adalah perbandingan antara volume pori-pori dengan volume total
batuan, Permeabilitas merupakan besaran yang digunakan untuk menunjukkan
seberapa besar kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan fluida yang terkandung
didalamnya. Saturasi adalah perbandingan kuantitas (volume) suatu fluida dengan
pori-pori batuan tempat fluida tersebut berada. Wettabilitas didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan dari adanya fluida lain yang tidak saling
mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu
fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi.
Refferensi:
Ikhsan, A.M. (2010) Petrofisik 1st Week
[Internet]. Tersedia dalam: <http://maikhsani.blogspot.com/2010/09/petrofisik-1st-week.html?showComment=1332679574220#c8564143643052177994> [Diakses 21 september 2014 ]
Winata,
A.P. (2012) Mencoba Belajar Petrofisika [Internet]. Tersedia dalam: <http://arifpanduwinata.blogspot.com/2012/03/mencoba-belajar-petrofisika.html
>
[Diakses 21 september 2014 ] Siklus Batuan (The Rock Cycle)
Rock Cycle Illustrated by Phil Stoffer (2005)
Bagian
luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih
besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari
kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang
dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah
kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu
sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3
jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment
(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks).
Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
terbentuknya.
Siklus
batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk,
dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali
sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini
berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena
yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer,
dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas
yang datang dari Matahari.
Siklus
batuan di mulai dari magma yaitu cairan berpijar yang terbentuk dalam mantel
bumi, yang merambat keluar ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan yang di
sebut Volcano Eruption yang biasa terjadi di Gunung Merapi. Magma tersebut
mengalami perubahan suhu (Mendingin) karena lingkungannya dan membentuk Batuan
Beku.
Batuan
beku atau sering disebut Igneous Rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu
atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Batuan beku
yang terbentuk terbagi atas 2 berdasarkan lingkungan terbentuknya. Yang pertama
adalah batuan beku dalam atau Plutonic Rock adalah batuan beku yang terbentuk
atau mendingin dalam waktu yang sangat lama karena terbentuk dalam gunung atau
korok-korok gunung merapi karena perbedaan suhu lingkungannya tidak terlalu
signifikan sehingga terbentuk atau membeku dalam waktu yang relative lama,
akibat dari waktu proses terbentuknya maka jenis batuan ini memiliki ciri yaitu
Kristal-kristal dalam batuan ini relative besar karena prosesnya yang lama, Contoh
batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering
dijadikan hiasan rumah).
Yang
kedua adalah batuan beku Ekstrusif atau batuan beku Luar atau batuan beku
vulkanik yakni batuan beku yang terbentuk akibat dari magma yang ter-erupsi
keluar ke permukaan bumi dan mendingin atau membeku dalam waktu yang sangat
cepat karena perbedaan suhu yang sangat signifikan, akibat dari proses
terbentuknya yang sangat cepat, ciri dari batuan ini adalah Kristal yang
terdapat dalam batuan sangat kecil akibat dari proses terbentuknya yang cepat
sehingga tidak sempat mengalami proses
kristalisasi yang sempurna. Contohnya adalah basalt, andesit, Obsidian, dan
dacite.
Batuan
beku ini dapat langsung meleleh kembali menjadi magma dan kembali ke permukaan
bumi apabila mendapat panas yang cukup untuk melelehkan dari lingkungannya,
namun dapat membentuk batuan sedimen.
Batuan
Sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk
akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi
yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan sediment ini
bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment
klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment
klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang
mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi
dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut
menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi
batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu
konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk
melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan
batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa
makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan
penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu.
Batuan Sedimen terbentuk apabila batuan beku
tersebut mangalami proses pelapukan akibat dari cuaca yang di alami di
lingkungannya, kemudian setelah mengalami pelapukan, hasil dari pelapukan
tersebut mengalami transportasi yang dapat melalui erosi tanah, angina atau
tertransportasi dalam es atau gletser, kemudian setelah mengalami proses
transportasi hasil pelapukan tadi mengalami proses pengendapan. Dalam proses
pengendapan ini material yang lebih berat akan mengendap di tempat yang paling
bawah sebaliknya material-material yang lebih ringan akan mengendap di atasnya,
dari sinilah terbentuknya yang namanya perlapisan tanah. Lapisan yang bawah
lama- kelamaan mendapatkan beban yang lebih berat oleh material di atasnya
sehingga kandungan airnya tertekan keluar dan akan semakin kompak dan akan
mengalami proses sementasi akibat adanya semen seperti lempung dan silica
sehingga terbentuklah batuan sedimen.
Batuan
sedimen ini dapat langsung mencair menjadi magma dan kembali ke dalam bumi atau
dapat termetamorfosis menjadi batuan metamorf apabila mendapat perubahan
tekanan dan suhu yang signifikan dari lingkungannya.
Batuan
metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan
berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur
dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau
slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan
perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu
pasir.
Batuan
metamorf juga dapat terbentuk melalui batuan beku apabila batuan beku tersebut
mendapat perubahan tekanan dan suhu dari lingkungannya yang mampu merubahnya
menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf tidak merubah kandungan kimia batuan
sebelumnya, namun hanya merubah susunan mineral dari batuan sebelumnya yang
tidak beraturan menjadi susunan mineral yang sejajar atau memanjang, contohnya
perubahan batugranit menjadi batuan metamorf yaknik batugneiss
Proses-proses
yang terjadi pada Siklus batuan berlangsung sepanjang waktu baik di masa lampau
maupun masa yang akan datang. Kejadian alam dan proses geologi yang berlangsung
sekarang inilah yang memberikan gambaran apa yang telah terjadi di masa lampau
seperti diungkapkan oleh ahli geologi “JAMES
HUTTON” dengan teorinya “THE PRESENT
IS THE KEY TO THE PAST”.
REFFERENSI :
Rock
Cycle. (2005) [Gambar
Online], Sumber dari: <http://geologycafe.com/erosion/rock_cycle_illustrated.html> [Diakses 21 September 2014]
Jurnal Geologi. (2010)
Siklus Batuan [Internet]. Tersedia dalam: <http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/siklus-batuan.html> [Diakses 21 september 2014 ]
Doddys. (2008) Siklus Batuan
[Internet]. Tersedia dalam: <http://doddys.wordpress.com/2008/02/19/rock-cycle-siklus-batuan/> [Diakses 21 september 2014 ]