Dasar-Dasar dalam Mineralogi

        Setelah membahas jauh mengenai golongan-golongan mineral dalam klasifikasi Dana, ternyata ada satu hal yang belum disampaikan dan sangat penting yaitu dasar-dasar dalam mineralogi, dari dasar-dasar mineralogy inilah nantinya digunakan untuk mengidentifikasikan dan mengelompokkan suatu mineral.

Gambar 1. Beberapa Contoh Bijih dan Mineral
Sumber : http://www.tumblr.com/search/mineral%20poster
   Mineral memiliki sifat sifat unik yang berbeda beda pada setiap mineralnya. Dengan mengenai sifat sifat ini maka dapat diketahui jenis dan nama mineralnya bahkan kandungan kimianya. Berikut adalah sifat – sifat mineral yang dapat diidentifikasi :

        I.            I. SIFAT OPTIS MINERAL
                 Sifat optis merupakan komponen atau sifat dari suatu mineral sebagai akibat dari interaksi dengan cahaya.
1.       1. WARNA
Colour atau warna yang dimaksud yaitu kenampakan sekilas warna luar dari suatu mineral. Warna suatu mineral disebabkan oleh adanya refraksi atau absorsi cahaya pada wavelength (panjang gelombang) tertentu.
Warna dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Idiochromatic, yaitu warna tetap dari suatu mineral tanpa adanya pengotor, contoh belerang berwarna kuning, serpentin berwarna hijau, galena berwarna hitam, dll
b.       Allochromatic, yaitu warna yang berubah-rubah dari suatu mineral akibat hadirnya pengotor pada mineral tersebut, contoh variasi pada kuarsa
Untuk mengetahui warna dari suatu mineral cukup dengan melihatnya secara sekilas saja dengan langsung menentukan warnanya.
2.      2. CERAT
Streak atau cerat merupakan warna suatu mineral dalam bentuk bubuk sehingga cerat merupakan warna asli dari suatu mineral karena warna luar suatu mineral belum tentu sama dengan warna gores atau ceratnya, contoh azurit dengan cerat berwarna biru, malasit dengan cerat warna hijau, kuarsa dengan cerat warna putih, dll.
Cara paling mudah untuk mendapatkan cerat dari suatu mineral selain dengan menggerus mineral tersebut menjadi bubuk yaitu dengan menggoreskan mineral pada penampang putih sehingga diketahui cerat dari mineral tersebut.
3.      3. DIAFENITAS
Diaphaneity atau diafenitas merupakan kemampuan suatu mineral untuk meneruskan suatu cahaya. Diafenitas sangat dipengaruhi atau bergantung pada jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh suatu mineral, terdapat setidaknya 3 jenis diafenitas yaitu :
a.       Opaque, apabila suatu mineral tidak mampu mentransmisikan atau ditembus oleh cahaya dikarenakan cahaya sepenuhnya diserap oleh mineral tersebut, contoh mineral galena, pirit, kalkopirit, dll
b.       Translucent, apabila suatu mineral hanya mampu mentransmisikan sebagian cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut, contoh mineral plagioklas, ortoklas, aragonit,dll
c.       Transparant, apabila suatu mineral mampu mentransmisikan atau ditembus oleh seluruh cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut, contoh mineral kalsit, fluorit, dll
4.      4. KILAP
Luster atau kilap merupakan kemampuan suatu mineral untuk memantulkan cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut. Intensitas dari kilap tergantung dari kuantitas cahaya pantul dan besarnya indeks refraksi dari mineral itu sendiri. Secara garis besar kilap dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Metallic luster atau kilap logam
Merupakan kilap atau kilapan yang menyerupai seperti logam yaitu berkilau tetapi opaque, contoh galena, magnetit, pirit, kalkopirit, hematit, grafit, dll
b.       Non-metallic luster atau kilap non-logam
Merupakan kilap atau kilapan yang tidak seperti logam, kilap jenis ini bermacam-macam yaitu :
·         Adamantine luster atau kilap intan
Merupakan kilap yang terlihat cemerlang  seperti intan, contoh intan
·         Vitreous luster atau kilap kaca
Merupakan kilap yang terlihat seperti kaca, contoh kuarsa, kalsit, halit, dll
·         Silky luster atau kilap sutera
Merupakan kilap yang terlihat berserat seperti sutera, contoh asbes, gipsum, alkanolit, dll
·         Resinous luster atau kilap damar
Merupakan kilap yang terlihat seperti  damar atau menyerupai permen karet, contoh sphalerit
·         Greasy Luster atau kilap lemak
Merupakan kilap yang terlihat menyerupai lemak atau sabun, contoh opal, serpentin, nefelin, dll
·         Earthy (dull) luster atau kilap tanah
Merupakan kilap yang terlihat buram menyerupai tanah, contoh kaolin, limonit, bauksit, dll

     II.            II. SIFAT MEKANIS MINERAL
Sifat mekanis adalah sifat suatu mineral berdasarkan respon terhadap stress. Stress di sini adalah suatu gaya yang dikenakan pada mineral tersebut. Setiap mineral memiliki karakteristik masing – masing ketika merespon stress ini.
Ada dua sifat mekanis mineral, yaitu Kekerasan (hardness) dan Keliatan (tenacity).
1.      1. Kekerasan (hardness)
Kekerasan (hardness) adalah ketahanan suatu permukaan mineral terhadap goresan atau abrasi. Kekerasan suatu mineral dapat dinyataan dalam skala relatif (skala Mohs) dan skala mutlak (skala Knoop).
a.                   Skala Mohs
Skala ini disusun oleh Frederic Mohs pada tahun 1824 berdasarkan perbedaan kekerasan relatif dari 10 mineral yang telah diketahui saat itu. Skala ini bersifat relatif, bukan kuatitatif linear.

b.                   Skala Knoop
Skala Knoop menyatakan kekerasan mineral secara kuantitatif absolut dengan mengukur ketahanan permukaan mineral terhadap besaran gaya tekan abrasi tertentu.
Skala ini menggunakan hasil perhitungan dari eksperiman tekanan terkontrol sebuah pensil bermata intan terhadap permukaan suatu minral yang telah dihaluskan.

Mineral
Skala Mohs
Skala Knoop
Lunak
Talk
1
1
Gipsum
2
32
Kalsit
3
135
Menengah
Fluorit
4
163
Apatit
5
430
Keras
Ortoklas
6
560
Kuarsa
7
820
Topaz
8
1340
Korondum
9
1800
Intan
10
7000
Tabel 1.2. Skala Kekerasana Mineral (Hafferan & O’Brian, 2010)
    Faktor yang menentukan kekerasan mineral : Kekuatan ikatan dan Jumlah ikatan dam struktur Kristal, semakin kuat ikatan dan semakin banyak ikatan yang terjadi, semakin keras mineral tersebut.
2.      2. Keliatan (tenacity)
Sifat keliatan (tenacity) ditentukan dari cara mineral merespon stress jangka pendek dalam temperatur dan tekanan permukaan. Sifat ini dbagi menjadi :
a.     Elastik          : mineral dapat melengkung ketika dikenakan stress namun akan kembali ke bentuk semula ketika stress dihilangkan. Contohnya mineral kelompok mika.
b.   Fleksibel     : mineral dapat melengkung tanpa patah namun tidak dapat kembali ke bentuk semula ketika stress dihilangkan.
c.  Malleable   : mineral dapat dipipihkan menjadi tipis. Misalnya kelompok native elements logam seperti emas, perak dan temabaga.
d.       Ductile         : mineral dapat dilengkungkan seperti kawat.
e.       Brittle           : mineral hancur atau patah setelah sebelumnya bersikap sedikit elastik.
f.     Sectile      : mineral yang dapat dipotong menjadi serpihan. Biasanya kelompok mineral yang terdiri dari belahan – belahan seperti kelompok mika.
Karena hampir semua mineral bersifat brittle, maka sifat-sifat keliatan yang bermanfaat dalam identifikasi mineral adalah elastik, flexible, dan malleable.
   III.            III. SIFAT KIMIA MINERAL
Sifat kimia mineral adalah respon suatu mineral terhadap reaksi kimia. Hal ini terjadi karena unsur – unsur kimia yang menajdi penyusun suatu mineral.

a.      1. Reaksi Asam
Beberapa mineral karbonat, seperti kalsit, aragonit, witerit, dan rodokrosit, memiliki sifat membusa/membuih ketika setetes asam hidroklorik lemah (HCl) diberikan ke permukaan mineral-mineral tersebut, maka terjadi pembusaan/pembuihan ketika gas karbondioksida (CO2) dilepaskan.

b.      2. Rasa
Beberapa mineral memiliki sifat yang dapat dirasakan oleh indra perasa. Misalnya golongan halida. Berikut adalah beberapa mineral yang memiliki rasa :
Halit (NaCl)                                       : asin
Silvit (KCl)                                         : sangat asin hingga terasa pahit
Boraks (Na2B4O7 – 10H2O)      : manis

c.       3. Raba
Beberapa mineral lunak, seperti talk, grafit, dan molibdenit, memiliki karakter serasa debu ketika diraba. Karakter tersebut akibat dari ikatan lemah van der Waals yang menyebabkan mineral dapat hancur menjadi pecahan halus seperti debu yang mampu menempel di suatu permukaan ketika mineral tersebut digoreskan.
d.      4. Bau
Mineral mineral tertentu memiliki bau khas. Misalnya bau belerang (mirip telur busuk) dimiliki oleh mineral Sulfur (S), dan beberapa mineral sulfida seperti markasit (FeS2) dan sfalerit (ZnS). Dan bau bawang yang dikeluarkan oelh mineral minral yang mengandung arsenik seperti arsenopirit (FeAsS) dan realgar (AsS).
e.      5. Nyala Pembakaran
Unsur – unsur penyusun mineral akan memberikan warna nyala pembakaran yang berbeda – beda sesuai dengan unsurnya. Biasanya uji nyala pembakaran ini digunakan untuk membedakan mineral dalam kelompok yang sama namun memiliki kation yang berbeda.
Misalnya pada kelopok karbonat Witerit (BaCO3) dengan strontianit (SrCO3). Witerit akan memberikan nyala berwarna kuning – hijau sedangkan strontianit akan memberikan nyala berwarna merah.

   IV.            IV. SIFAT KELISTRIKAN
     Sifat kelistrikan timbul sebagai respons mineral terhadap suatu medan listrik. Sifat – sifat tersebut anata lain :
a.       A. Piroelektrisitas                : fenomena pertambahan temperatur yang menginduksi  arus listrik yang mengalir dari satu ujung kristal menuju ujung kristal lainnya. Contohnya mineral turmalin.
b.    B. Pizoelektrisitas                : induksi listrik yang dihasilkan oleh pertambahan tekanan atau stress. Penyebabnya adalah perpindahan muatan ion dalam struktur kristal akibat stress. Contohnya mineral kuarsa, yang dulu pernah dipergunakan sebagai pencari gelombang radio, dan pada mesin jam.

     V.            V. SIFAT MAGNETISME
Sifat magnetisme adalah sifat yang dimiliki mineral sebagai respon terhadap suatu medan magnet. Hal in iterjadi karena adanya momen magnetik pada spin elektron di unsur yang terdapat pada mineral. Semua mineral memiliki sifat magnetisme dalam berbagai tingkatan.
a.       A. Diamagnetik     : Dua elektron yang bergerak berlawanan arah tidak akan menghasilkan medan magnetik (net zero moment). Mineral yang bersifat diamagnetik tidak akan tertarik oleh magnet, walaupun magnet yang kuat sekalipun. Contohnya kuarsa dan kalsit.
b.       B. Paramagnetik   : Unsur paramagnetik memiliki susunan acak kutub-kutub magnetik atom-atom penyusunnya, yang akan menjadi teratur bila terpapar medan magnet eksternal, dan memiliki sifat kemagnetan sementara. Sifat kemagnetan ini akan hilang jika medan magnet eksternanya dihilangkan. Mineral paramagnetik akan tertarik magnet dengan lemah. Contohnya olivin dan piroksen.
c.       C. erromagnetik : Unsur feromagnetik memiliki sifat magnetik yang kuat ketika terpapar medan magnet eksternal dan tetap dalam sifat magnetismenya meskipun medan magnet eksternal telah hilang, hingga mereka terpanaskan di atas temperatur Curie. Contoh nikel dan kobal.
d.       D. erimagnetik    : Memiliki sifat kemagnetan permanen akibat perputaran elektron yang tidak paralel. Contohnya magnetit(FeFe2O4) dan pirotit (Fe1-xS).

   VI.            VI. SIFAT RADIOAKTIF
       Sifat radioaktif pada mineral terjadi karena adanya unsur – unsur radioaktif dalam mineral tersebut. Unsur radioaktif akan mengalami peluruhan atau penguraian karana adanya ketidakstabilan inti atom, proses ini kan melepaskan energi (radiasi).
Isotop yang sering ditemukan pada mineral antara lain potasium (40K), strontium (87Sr), torium (232Th), uranium (238U dan 235U) dan samarium (247Sm).
Contoh mineral radioaktif :
·         Metatorberinite (Cu(UO2)2(PO4)28H2O) – produk aterasi uraninit (UO2)
·         Torberinite (Cu(UO2)2(PO4)2.8 - 12H2O)
·         Autunite (Ca(UO2)2(PO4)2.10 - 12H2O)

VII.            VII. IFAT STATIK MINERAL
A.                  A.  Densitas
      Densitas termasuk sifat yang paling menentukan dalam pengenalan mineral. Densitas adalah nilai massa per unit volume dari suatu material yang dinyatakan dalam satuan (g/cm3). Besar densitas ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Besar densitas suatu mineral bergantung pada jumlah atom per satuan volume dan nomor massa atom pembentuk mineral tersebut. Penentuan nilai densitas dapat dihitung dengan menggunakan berbagai percobaan, seperti percoban piknometer ataupun percobaan cairan berat.
   
   B. Spesific Gravity
      Specific gravity merupakan ukuran kepadatan mineral. Dengan adanya sifat ini, maka kita dapat membedakan beberapa mineral tanpa harus melakukan uji laboratorium ataupun dengan optik. Seperti contohnya untuk membedakan antara emas dengan pirit. Walaupun warna dan bentuknya yang hampir sama, tapi kedua mineral ini dapat dibedakan apabila kita mengetahui besar specific gravity kedua mineral tersebut. Specific gravity adalah kuantitas tanpa dimensi, merupakan rasio antara densitas material dengan densitas air murni pada temperatur dan tekanan standar (temperatur = 3.9°C, tekanan = 1 atmosphere). Karena densitas air selalu bernilai 1gr/cm3, maka besar nilai specific gravity selalu identik dengan nilai densitas suatu mineral. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan mempunyai nilai specific gravity sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni  mempunyai berat jenis 19.3.
    
  C.  Berat
       Berat (weight) suatu material merupakan percepatan massa total oleh gravitasi. Sedangkan massa total suatu benda dalam satuan gram (g) atau kilogram (kg) adalah massa total dari seluruh atom yang menyusunnya. Sehingga besar massa total sebanding dengan densitas material dikalikan volumenya.
     
   D.    Bidang Muka Kristal
        Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Panjangnya sumbu dari titik pusat kristal hingga ke axial interception disebut sebagai parameter. Jumlah sumbu, rasio parameter, sudut antar sumbu, akan menentukan sistem kristal yang sedang dibentuk. Berikut pengelompokkan sistem kristal pada mineral :
             1.  Sistem Isometrik
Sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

2.  Sistem Tetragonal
Sistem Kristal Tetragonal memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992).

3.  Sistem Hexagonal
Sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

4.   Sistem Trigonal
Trigonal memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977).

5.   Sistem Orthorhombik
Sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992).

6.   Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,  malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992).

7.  Sistem Triklin
Sistem kristal Triklin memiliki axial ratio  (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite,microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)
Sedangkan berdasarkan pertumbuhan kristal, dikelompokkan menjadi :

a.                   Euhedral             : apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal  yang sempurna.
b.                   Subhedral           : apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
c.                   Anhedral             : apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang    kristal yang tidak sempurna.

E.                  Bidang Belah
Belahan sendiri merupakan kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Kenampakan mineral untuk membelah pada umumnya melalui bidang belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan ini merupakan gambaran dari struktur dalam kristal berdasarkan dari sifat setiap atom penyusunnya. Kesempurnaan belahan diberikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk.

1.    Belahan sempurna (Perfect)
Yaitu apabila suatu mineral mudah terbelah melalui arah belahnya bidang-bidang yang terbelah akan membentuk bidang yang datar dan licin. Contohnya : Muscovite, Calcite, dan Galena.

2.    Belahan baik (Good)
Yaitu apabila suatu mineral mudah membelah pada bidang belahnya akan tetapi kadang-kadang akan terdapat belahan yang memotong bidang belahnya atau pembelahan yang tidak pada bidang belahnya. Bidang belahannya akan rata dan licin, tapi masih dapat pecah melalui bidang lain. Contohnya : Feldspar dan Hyperstone.

3.    Belahan Jelas (Distinct)
Yaitu apabila arah belahnya dapat terlihat jelas tetapi mineral tersebut sukar untuk membelah melalui bidang belahnya itu sendiri. Contohnya: Hornblende dan Staurolite.

4.    Belahan tidak jelas (Indistinct)
Yaitu apabila arah belahnya mineral masih dapat dilihat tapi kemungkinan terbelah melalui arah belahnya dengan kemungkinan pecah memotong arah belahannya sama. Bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada bidang belahannya. Contohnya: Magnetite dan Corundum.

5.    Belahan tidak sempurna (Imperfect)
Yaitu apabila suatu mineral sudah tidak terlihat arah belahnya tetapi mineral akan pecah dengan permukaan rata. Permukaan yang rata ini kemungkinan melalui bidang belahnya tetapi kemungkinan juga akan memotong bidang belahnya. Contohnya : Apatite dan Calsiterite.


Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi:
a.             Belahan satu arah, contoh : Muscovite, Asbes,Silimanite,Topaz,Epidote, Kyanite.
b.             Belahan dua arah, contoh : Feldspar, Gypsum, Andalusite.
c.             Belahan tiga arah, contoh : Halite, Calsite, Pirite,Barite.
d.             Belahan empat arah, contoh : Fluorite, Scapolite.
e.             Tidak ada belahan, contoh Kuarsa.

F.                  Bidang Pecah
Sebagian mineral ketika pecah menunjukkan permukaan yang tidak rata dan tidak memantulkan cahaya, yang disebut sebagai bidang pecahan (fracture plane). Pecahan merupakan pecahnya suatu mineral secara tidak teratur dengan permukaan bidang pecah yang tidak rata, tidak licin dan tidak teratur. Pecahan dapat terjadi apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas platisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersbut akan pecah. Pecahan adalah bentuk alamiah atau karakter dari permukaan mineral jika mieral itu baru saja pecah. Bidang pecahan merupakan bidang lemah yang dimiliki oleh suatu mineral. Pecahan terbagi atas beberapa macam yaitu:

1.    Conchoidal
      Conchoidal merupakan pecahnya suatu mineral berbentuk seperti pecahan botol kaca ang pecah atau seperti kulit bawang, contohnya : Opal, Nitter, Obsidian, Kuarsa, Rutil, dll.

2.    Hackly
   Hackly merupakan pecahnya suatu mineral berbentuk seperti pecahnya besi-besi runcing, tajam-tajam serta kasar tidak beraturan, conthonya : Gold, Copper, Platinum, dll.

3.    Even
     Even merupakan pecahnya mineral dengan permukaan bidang pecahnya kecil-kecil dengan ujung pecahnya masih mendekati ujung bidang datar sehingga mempunyai kenampakan yang rata dan cukup halus. Contohnya : Biotite dan Talk.

4.    Uneven
     Uneven merupakan pecahnya mineral yang bidang pecahnya kasar dan tidak teratur. Contohnya : Cobalitite, Nicolite, Ganet, Rodonit,dll.

5.    Splintery
    Splintery merupakan pecahan mineral yang hancur menjadi tajam-tajam kecil-kecil seperti benang/serabut. Pecahan ini sering juga disebut pecahan fibrous. Contohnya : Flourite, Asbes, Augite, dll.

6.    Earthy
      Earthy merupakan mineral yang dipecah justru akan hancur seperti tanah. Contohnya : Biotite, Lempung, dll.

  

Referensi
Hussein, Salahuddin. 2012. “Sifat-Sifat Mineral”. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Hussein, Salahuddin. 2009. “Handout Geologi Dasar 2010”. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Winata, Ekrar. Kusumawardani, F. Dithya. 2013. “Modul Praktikum Mineralogi 2013 : Identifikasi Mineral 1”. Laboratorium Mineralogi Geofisika Fakultas Marematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
_____. 2012. Bahan Ajar Praktikum Mineralogi:Identifikasi Mineral 2.
Husein, S. 2012. Bahan Ajar Kuliah Mineralogi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
___. 2011. Modul Geologi Dinamik.Bandung : Institut Teknologi Bandung.
_____. Nurhakim. Draft Modul BGI Teknik Kimia.
Sarjudi. 2008. Modul Deskripsi Mineralogi. Yogyakarta.


Minggu, 15 Februari 2015
Posted by Arriqo Arfaq

Kelompok Mineral Sulfida

Pendahuluan
Klasifikasi mineral berdasarkan Dana Classification membagi mineral menjadi beberapa kelompok sesuai dengan anion penyusun utamanya. Materi acara kali ini akan membicarakan tentang mineral sulfida dimana unsur S (sulfur) menjadi anion utamanya.

Pengertian
Kelompok sulfida atau sulfosalt merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena [PbS], pirit, proustit [Ag3AsS3], dll. Kelompok mineral ini dicirikan dengan adanya anion S2-. Pada umumnya unsur penyusunnya berupa unsur logam.
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya. Contoh paling popular adalah pirit (FeS2).

Mineral lain yang berasosiasi dengan mineral sulfide karena proses pembentukannya menyerupai kelompok sulfide adalah arsenide (As-2), selenida (Se-2), fan telurida (Te-2), dimana ketiga unsur ini dapat pula menngantikan anion sulfide.
Sekitar 500 mineral merupakan sulfida dan mineral yang berkaitan dengannya. Sebagian besar merupakan sulfida logam dan semilogam, seperti pirit [FeS2], kalkopirit [CuFeS2], dan sfalerit [ZnS]. Mereka memiliki struktur Kristal yang tergantung pada radius ion dan jenis ikatan (yang berkisar dari ion logam hingga kovalen logam).
      .
Kelompok sulfida terbagi menjadi 2 kelompok kecil, yaitu:
1.       Tellurides, jika Tellurium menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral.
Contoh: Sylvanite (AuAgTe4)
2.       Arsenides, jika Arsenic menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral.
Contoh: Nickeline (NiAs), Smaltite [(Co,Ni)Ass], Chloantite [(Ni,Co)As2]

Pembentukan
Pada umumnya pembentukan mineral Sulfida terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan hidrotermal tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi. Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan “wall rocks”.

Ciri-ciri
  • Mineral sulfida memiliki penciri berupa kilap logam, berat jenis tinggi, dan memiliki tingkat kekerasan yang rendah. Hal-hal tersebut berkaitan dengan unsur utamanya yang berupa logam. Namun beberapa mineral cenderung memiliki kekerasan rendah seperti Galena (PbS) dan Molybdenite (MoS2)
  • Kebanyakan mineral sulfide berada dalam system kubus, tetragonal, dan heksagonal, yang mencerminkan derajat kesimetrisan bangun kristalnya.
  • Sebgian mineral sulfide yang didominasi ikatan logam bersifat opak dengan kilap logam, warna yang khas, dan cerat berwarna kuat.
  • Mineral sulfide non-opak  cenderung memiliki indeks bias yang besar dan meneruskan cahaya pada tepi yang tipis.
  • Kebanyakan mineral sulfide bersifat lunak dan dapat menjadi konduktor listrik yang baik, yang mencerminkan kehadiran ikatan logam di dalam strukturnya.

Manfaat
Sulfida merupakan mineral yang sangat penting dalam industri dan merupakan bijih utama dari tembaga, seng, timbal, airraksa, bismut, kobal, arsen, antimon. nikel, dan logam bukan-besi yang lainnya. Misalnya Pirit (FeS2), meskipun pirit bukan merupakan bijih untuk diambil besinya, tetapi digunakan sebagai sumber asam sulfur.
Beberapa manfaat mineral sulfide tang lainnya adalah:
Galena (PbS)                     : Sumber utama bijih perak
Argentite (Ag2S)             : Sumber utama bijh perak
Kalkosit (Cu2S)                : Sumber utama bijih tembaga
Alabandite (MnS)            : Produk pembakaran
Sphalerite (ZnS)                              :  Sumber utama seng
Cinnabar (HgS)                : Sumber utama merkuri
Stibnite (Sb2S3)              : Pembuatan kabel, baterai timbel, cat, dan peralatan medis
                                               
Contoh Mineral Sulfida

 1.      Cobaltite (Co,Fe)AsS
Gambar 1. Hand Specimen Cobaltite
Warna                                                  : Silver, Putih
Cerat                                                    : Abu-abu, Hitam
Kilap                                                     : Logam
Kekerasan                                          : 5,5
Berat Jenis                                         : 6-6,3  
Derajat Ketransparanan               : Opaque
Belahan                                               : Sempurna
Pecahan                                              : Uneven
Sistem Kristal                                   : Tetrahedral
Gambar 2. Petrografi Cobaltite

Gambar 3. Sistem Kristal Cobaltite

Gambar  4. Ikatan Atom Cobaltite

Cobaltite ditemukan di endapan hydrothermal bertemperatur tinggi dan juga sebagai urat pada batuan metaamorf kontak. Mineral ini dapat diasosiasikan dengan magnetit, sphalerite, Kalkopirit, Titanit, dan Kalsit.

2.   Realgar AsS
Gambar 5. Hand Specimen Realgar
Warna                                                  : Merah, Kuning
Cerat                                                     : Merah, Kuning, Oren
Kilap                                                     : Resin
Kekerasan                                           : 1,5-2
Berat Jenis                                          : 3.5-3.6  
Derajat Ketransparanan                : Transparan ke Translusen
Belahan                                               :2 arah
Pecahan                                              : Konkoidal
Sistem Kristal                                   : Prismatik

Gambar 6. Petrografi Realgar

Gambar 7. Sistem Kristal Realgar
Gambar 8. Ikatan Atom Realgar


Realgar (AsS) ditemukan di lingkungan hydrothermal bertemperatur rendah dan juga ditemukan sekitar hot spring. Realgar diasosiasikan dengan Orpiment, Kalsit, Barit, dan Mineral Arsenik lainnya.



Daftar Pustaka:
Warmada, I Wayan, 2014. Kristalografi dan Mineral. Yogyakarta, Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Ongki . 2012. Mineral Sulfida. [Internet] tersedia dalam: <http://ongkiboomy.blogspot.com/2012/10/mineral-sulfida_3277.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Yusuf . 2013. Golongan Mineral Sulfida. [Internet] tersedia dalam: <http://yusufprdpt.blogspot.com/2013/11/3-golongan-mineral-sulfida.html
 [diakses pada 3 Februari 2015]


Selasa, 10 Februari 2015
Posted by Arriqo Arfaq

Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Melanjutkan pembahasan yang sebelumnya, pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas mengenai kelompok mineral native element, yang biasanya disingkan NE atau unsur murni, semoga dapat bermanfaat.
Pengertian
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
Contoh mineral dari kelompok Native Element : emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt), tembaga (Cu), bismuth (Bi), arsenic (As).

Kelas mineral ini terdiri dari dua bagian umum :
1.      Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas , perak , dan tembaga.
2.      Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya sulfur dan bismuth.

Sistem Kristal pada Native Elemen dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam seperti emas, perak dan tembaga  maka sistem kristalnya adalah isometric. Jika bersifat semilogam seperti arsenic dan bismuth maka system kristalnya hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non logam seperti sulfur maka sistem kristalnya dapat berbeda-beda.
Dalam grup Native Elemen ini juga termasuk natural alloys (campuran) seperti electrum, phosphides , silicides , nitrides, dan carbides.

Pembentukan
Unsur-unsur native elements jarang terdapat di permukaan ataupun didalam kerak bumi. Native elements ini bukan merupakan golongan pembentuk batuan (rock forming). Asal mula pembentukan mineral native element berkaitan dengan pengerasan atau pembentukan magma dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi kimia yang bertemperatur dan memiliki tekanan yang tinggi.
Mineral golongan native elements ini biasanya terdiri hanya satu unsur saja, tetapi kadang-kadang terdapat juga campuran dari mineral lain yang jumlahnya sangat sedikit didalamnya. Unsur-unsur yang membentuk mineral golongan native element merupakan satu jenis unsur kimia saja tanpa berasosiasi dengan unsur yang lainnya. Mineral native elements ini sering dijumpai pada batuan beku dan sedimen atau juga batuan metamorf.

Ciri-ciri
Pada umumnya tenacity golongan mineral ini adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Dan juga dapat bertenacity ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan. Pada umumnya berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi yaitu berkisar antara 6 gr/cm3.

Manfaat
·         Bismuth, Kuarsa, Pirit           : Untuk bahan perhiasan.
·         Sulfur, besi                             : Bahan campuran logam
·         Prite,tembaga, perak             : obat-obatan, pupuk, kosmetik
·         Grafit                                      : Untuk pembuatan alat tulis.

Berikut ini contoh deskripsi dari mineral kelompok native element ( unsur murni)
Emas (Au)
 
Gambar 1. Hand Sample Emas
Warna                             :  Kuning, Kuning Keemasan
Goresan                          :  Kuning Keemasan
Kilap                                :  Logam
Belahan                           :  Tidak ada
Pecahan                          Hackly
Kekerasan                      :  2,5-3 Skala Mohs
Sistem Kristal                :  Isometrik
Berat jenis                     : 15,2-19,3 gr/cm3

Gambar 2. Sistem Kristal Emas

Gambar 3. Petrografi Emas

Gambar 4. Struktur Atom Emas

Genesa                            :
Emas terbentuk di daerah hidrotermal sebagai endapan bijih yang berasosiasi dengan Pirit, Kalkopirit, Arsenopirit, Tourmaline, dan Kuarsa. Didunia emas banyak ditemukan di Afrika Selatan, Australia bagian Barat, Venezuela, Canada, dan Amerika Serikat (Alaska).
Kegunaan                       :
Emas digunakan sebagai perhiasan seperti cincin, kalung, dan lain sebagainya. Selain itu, emas juga biasanya digunakan sebagai barang komoditas yang harganya selalu naik.

Daftar Pustaka:
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.

Alfianto, Agung Dwi. 2013. Modul Praktikum Mineralogi 2013. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.

Hertanto, Hendrik Boby. 2012. Praktikum Mineralogi. [Internet] tersedia dalam: <http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/praktikum-mineralogy.html> [diakses pada 3 Februari 2015]

Posted by Arriqo Arfaq

Mineral Ekonomis

Kalau dulu kita sudah pernah membahas mengenai istilah-istilah dalam mineralogi serta klasifikasi Dana, sekarang akan membahas sedikit mengenai mineral ekomonis, semoga tulisan yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi anda semua.
Pendahuluan
Mineral memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Secara langsung mineral – mineral yang memiliki nilai jual dapat langsung dimanfaatkan dan diambil melalui proses tambang. Di sisi lain, mineral berfungsi sebagai indikator yang dapat memberikan informasi di bidang eksplorasi minyak dan gas, serta geothermal.
Mineral ekonomis secara khusus dipelajari di bidang Geologi Ekonomi. Geologi ekonomi merupakan cabanga dari geologi yang berhubungan dengan material bumi yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi atau industri. Material tersebut mencakup logam mulia dan logam murni, mineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral minyak bumi, batubara, dan air. Istilah ini umumnya mengacu pada endapan mineral logam dan sumber mineral.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Newmont_Mining_
Corporation#mediaviewer/File:Batu_Hijau_mine_ore_trucks.jpg

Mineral Bijih (Ores Mineral)
Bijih atau Ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi.
Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Mineral non logam tersebut disebut gangue mineral, sedangkan timbunan limbah hasil ekstraksi disebut tailing.
Bijih logam secara umum merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam murni, biasanya tidak berbentuk persenyawaan seperti emas melainkan terdapat mineral yang berasosiasi dengan mineral ekonomis tersebut. Bijih harus diolah untuk mengekstraksi logam-logam mineral bijih dari mineral asosiasi. Seperti Pirit (FeS2) yang berasosiasi dengan bijih emas, karena mengandung fragmen emas murni sebagai inklusi (refractory gold). Proses "pembentukan bijih" disebut sebagai ore genesis.
Penggolongan bijih menurut pembentukannya :
  1. Bijih primer (hipogen), yakni bijih yang diendapkan pada saat terjadinya proses pelogaman.
  2. Bijih sekunder (supergen), yakni bijih yang diendapkan sebagai akibat alterasi dari bijih primer, oleh proses pelapukan dari air permukaan yang meresap ke dalam tanah.
Proses Pembentukan Mineral Bijih
Kebanyakan bijih di dunia ini yang ditambang adalah berasal dari mineral bijih yang diendapkan oleh larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal dapat berasal dari larutan pelepasan air yang terkandung dalam magma saat magma naik dan mendingin (Larutan Magmatik). Sumber lainnya berasal dari air meteoric atau air hujan yang masuk ke kerak bumi.
Sistem pembentukan mineralisasi dalam system hidrotermal secara umum terdiri dari endapan mineral tipe porfiri, mesotermal sampai epitermal (Corbett dan Leach, 1996)
1. Tipe porfiri terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa batuan intrusi
2. Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah
3. Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan fluida hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Sistem ini umumnya mempunyai variasi endapan mineral bijih. Mineral bijih tersebut diantaranya timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite, argentit, cinabar, elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung sedikit galena, spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari.

Daftar Pustaka:
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Alfianto, Agung Dwi. 2013. Modul Praktikum Mineralogi 2013. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Hertanto, Hendrik Boby. 2012. Praktikum Mineralogi. [Internet] tersedia dalam: <http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/praktikum-mineralogy.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2011. Endapan Mineral Deposit. [Internet] tersedia dalam: <http://toba-geoscience.blogspot.com/2011/07/endapan-mineral-mineral-deposit.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2014. Geologi Ekonomi. [Internet] tersedia dalam: <http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_ekonomi> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2014. Geologi Ekonomi. [Internet] tersedia dalam: <https://tambangunhas.wordpress.com/tag/mineral-deposit/> [diakses pada 3 Februari 2015]
Posted by Arriqo Arfaq

BRENT Crude Oil

Gold Price

Popular Post

Blogger templates

Date

- Copyright © Young Geoscience -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -