Kelompok Mineral Sulfida

Pendahuluan
Klasifikasi mineral berdasarkan Dana Classification membagi mineral menjadi beberapa kelompok sesuai dengan anion penyusun utamanya. Materi acara kali ini akan membicarakan tentang mineral sulfida dimana unsur S (sulfur) menjadi anion utamanya.

Pengertian
Kelompok sulfida atau sulfosalt merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena [PbS], pirit, proustit [Ag3AsS3], dll. Kelompok mineral ini dicirikan dengan adanya anion S2-. Pada umumnya unsur penyusunnya berupa unsur logam.
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya. Contoh paling popular adalah pirit (FeS2).

Mineral lain yang berasosiasi dengan mineral sulfide karena proses pembentukannya menyerupai kelompok sulfide adalah arsenide (As-2), selenida (Se-2), fan telurida (Te-2), dimana ketiga unsur ini dapat pula menngantikan anion sulfide.
Sekitar 500 mineral merupakan sulfida dan mineral yang berkaitan dengannya. Sebagian besar merupakan sulfida logam dan semilogam, seperti pirit [FeS2], kalkopirit [CuFeS2], dan sfalerit [ZnS]. Mereka memiliki struktur Kristal yang tergantung pada radius ion dan jenis ikatan (yang berkisar dari ion logam hingga kovalen logam).
      .
Kelompok sulfida terbagi menjadi 2 kelompok kecil, yaitu:
1.       Tellurides, jika Tellurium menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral.
Contoh: Sylvanite (AuAgTe4)
2.       Arsenides, jika Arsenic menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral.
Contoh: Nickeline (NiAs), Smaltite [(Co,Ni)Ass], Chloantite [(Ni,Co)As2]

Pembentukan
Pada umumnya pembentukan mineral Sulfida terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).

Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan hidrotermal tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi. Alterasi terjadi akibat reaksi fluida dengan “wall rocks”.

Ciri-ciri
  • Mineral sulfida memiliki penciri berupa kilap logam, berat jenis tinggi, dan memiliki tingkat kekerasan yang rendah. Hal-hal tersebut berkaitan dengan unsur utamanya yang berupa logam. Namun beberapa mineral cenderung memiliki kekerasan rendah seperti Galena (PbS) dan Molybdenite (MoS2)
  • Kebanyakan mineral sulfide berada dalam system kubus, tetragonal, dan heksagonal, yang mencerminkan derajat kesimetrisan bangun kristalnya.
  • Sebgian mineral sulfide yang didominasi ikatan logam bersifat opak dengan kilap logam, warna yang khas, dan cerat berwarna kuat.
  • Mineral sulfide non-opak  cenderung memiliki indeks bias yang besar dan meneruskan cahaya pada tepi yang tipis.
  • Kebanyakan mineral sulfide bersifat lunak dan dapat menjadi konduktor listrik yang baik, yang mencerminkan kehadiran ikatan logam di dalam strukturnya.

Manfaat
Sulfida merupakan mineral yang sangat penting dalam industri dan merupakan bijih utama dari tembaga, seng, timbal, airraksa, bismut, kobal, arsen, antimon. nikel, dan logam bukan-besi yang lainnya. Misalnya Pirit (FeS2), meskipun pirit bukan merupakan bijih untuk diambil besinya, tetapi digunakan sebagai sumber asam sulfur.
Beberapa manfaat mineral sulfide tang lainnya adalah:
Galena (PbS)                     : Sumber utama bijih perak
Argentite (Ag2S)             : Sumber utama bijh perak
Kalkosit (Cu2S)                : Sumber utama bijih tembaga
Alabandite (MnS)            : Produk pembakaran
Sphalerite (ZnS)                              :  Sumber utama seng
Cinnabar (HgS)                : Sumber utama merkuri
Stibnite (Sb2S3)              : Pembuatan kabel, baterai timbel, cat, dan peralatan medis
                                               
Contoh Mineral Sulfida

 1.      Cobaltite (Co,Fe)AsS
Gambar 1. Hand Specimen Cobaltite
Warna                                                  : Silver, Putih
Cerat                                                    : Abu-abu, Hitam
Kilap                                                     : Logam
Kekerasan                                          : 5,5
Berat Jenis                                         : 6-6,3  
Derajat Ketransparanan               : Opaque
Belahan                                               : Sempurna
Pecahan                                              : Uneven
Sistem Kristal                                   : Tetrahedral
Gambar 2. Petrografi Cobaltite

Gambar 3. Sistem Kristal Cobaltite

Gambar  4. Ikatan Atom Cobaltite

Cobaltite ditemukan di endapan hydrothermal bertemperatur tinggi dan juga sebagai urat pada batuan metaamorf kontak. Mineral ini dapat diasosiasikan dengan magnetit, sphalerite, Kalkopirit, Titanit, dan Kalsit.

2.   Realgar AsS
Gambar 5. Hand Specimen Realgar
Warna                                                  : Merah, Kuning
Cerat                                                     : Merah, Kuning, Oren
Kilap                                                     : Resin
Kekerasan                                           : 1,5-2
Berat Jenis                                          : 3.5-3.6  
Derajat Ketransparanan                : Transparan ke Translusen
Belahan                                               :2 arah
Pecahan                                              : Konkoidal
Sistem Kristal                                   : Prismatik

Gambar 6. Petrografi Realgar

Gambar 7. Sistem Kristal Realgar
Gambar 8. Ikatan Atom Realgar


Realgar (AsS) ditemukan di lingkungan hydrothermal bertemperatur rendah dan juga ditemukan sekitar hot spring. Realgar diasosiasikan dengan Orpiment, Kalsit, Barit, dan Mineral Arsenik lainnya.



Daftar Pustaka:
Warmada, I Wayan, 2014. Kristalografi dan Mineral. Yogyakarta, Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Ongki . 2012. Mineral Sulfida. [Internet] tersedia dalam: <http://ongkiboomy.blogspot.com/2012/10/mineral-sulfida_3277.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Yusuf . 2013. Golongan Mineral Sulfida. [Internet] tersedia dalam: <http://yusufprdpt.blogspot.com/2013/11/3-golongan-mineral-sulfida.html
 [diakses pada 3 Februari 2015]


Selasa, 10 Februari 2015
Posted by Arriqo Arfaq

Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Melanjutkan pembahasan yang sebelumnya, pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas mengenai kelompok mineral native element, yang biasanya disingkan NE atau unsur murni, semoga dapat bermanfaat.
Pengertian
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
Contoh mineral dari kelompok Native Element : emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt), tembaga (Cu), bismuth (Bi), arsenic (As).

Kelas mineral ini terdiri dari dua bagian umum :
1.      Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas , perak , dan tembaga.
2.      Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya sulfur dan bismuth.

Sistem Kristal pada Native Elemen dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam seperti emas, perak dan tembaga  maka sistem kristalnya adalah isometric. Jika bersifat semilogam seperti arsenic dan bismuth maka system kristalnya hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non logam seperti sulfur maka sistem kristalnya dapat berbeda-beda.
Dalam grup Native Elemen ini juga termasuk natural alloys (campuran) seperti electrum, phosphides , silicides , nitrides, dan carbides.

Pembentukan
Unsur-unsur native elements jarang terdapat di permukaan ataupun didalam kerak bumi. Native elements ini bukan merupakan golongan pembentuk batuan (rock forming). Asal mula pembentukan mineral native element berkaitan dengan pengerasan atau pembentukan magma dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi kimia yang bertemperatur dan memiliki tekanan yang tinggi.
Mineral golongan native elements ini biasanya terdiri hanya satu unsur saja, tetapi kadang-kadang terdapat juga campuran dari mineral lain yang jumlahnya sangat sedikit didalamnya. Unsur-unsur yang membentuk mineral golongan native element merupakan satu jenis unsur kimia saja tanpa berasosiasi dengan unsur yang lainnya. Mineral native elements ini sering dijumpai pada batuan beku dan sedimen atau juga batuan metamorf.

Ciri-ciri
Pada umumnya tenacity golongan mineral ini adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Dan juga dapat bertenacity ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang namun tidak akan kembali seperti semula jika dilepaskan. Pada umumnya berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi yaitu berkisar antara 6 gr/cm3.

Manfaat
·         Bismuth, Kuarsa, Pirit           : Untuk bahan perhiasan.
·         Sulfur, besi                             : Bahan campuran logam
·         Prite,tembaga, perak             : obat-obatan, pupuk, kosmetik
·         Grafit                                      : Untuk pembuatan alat tulis.

Berikut ini contoh deskripsi dari mineral kelompok native element ( unsur murni)
Emas (Au)
 
Gambar 1. Hand Sample Emas
Warna                             :  Kuning, Kuning Keemasan
Goresan                          :  Kuning Keemasan
Kilap                                :  Logam
Belahan                           :  Tidak ada
Pecahan                          Hackly
Kekerasan                      :  2,5-3 Skala Mohs
Sistem Kristal                :  Isometrik
Berat jenis                     : 15,2-19,3 gr/cm3

Gambar 2. Sistem Kristal Emas

Gambar 3. Petrografi Emas

Gambar 4. Struktur Atom Emas

Genesa                            :
Emas terbentuk di daerah hidrotermal sebagai endapan bijih yang berasosiasi dengan Pirit, Kalkopirit, Arsenopirit, Tourmaline, dan Kuarsa. Didunia emas banyak ditemukan di Afrika Selatan, Australia bagian Barat, Venezuela, Canada, dan Amerika Serikat (Alaska).
Kegunaan                       :
Emas digunakan sebagai perhiasan seperti cincin, kalung, dan lain sebagainya. Selain itu, emas juga biasanya digunakan sebagai barang komoditas yang harganya selalu naik.

Daftar Pustaka:
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.

Alfianto, Agung Dwi. 2013. Modul Praktikum Mineralogi 2013. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.

Hertanto, Hendrik Boby. 2012. Praktikum Mineralogi. [Internet] tersedia dalam: <http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/praktikum-mineralogy.html> [diakses pada 3 Februari 2015]

Posted by Arriqo Arfaq

Mineral Ekonomis

Kalau dulu kita sudah pernah membahas mengenai istilah-istilah dalam mineralogi serta klasifikasi Dana, sekarang akan membahas sedikit mengenai mineral ekomonis, semoga tulisan yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi anda semua.
Pendahuluan
Mineral memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Secara langsung mineral – mineral yang memiliki nilai jual dapat langsung dimanfaatkan dan diambil melalui proses tambang. Di sisi lain, mineral berfungsi sebagai indikator yang dapat memberikan informasi di bidang eksplorasi minyak dan gas, serta geothermal.
Mineral ekonomis secara khusus dipelajari di bidang Geologi Ekonomi. Geologi ekonomi merupakan cabanga dari geologi yang berhubungan dengan material bumi yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi atau industri. Material tersebut mencakup logam mulia dan logam murni, mineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral minyak bumi, batubara, dan air. Istilah ini umumnya mengacu pada endapan mineral logam dan sumber mineral.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Newmont_Mining_
Corporation#mediaviewer/File:Batu_Hijau_mine_ore_trucks.jpg

Mineral Bijih (Ores Mineral)
Bijih atau Ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi.
Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Mineral non logam tersebut disebut gangue mineral, sedangkan timbunan limbah hasil ekstraksi disebut tailing.
Bijih logam secara umum merupakan persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam murni, biasanya tidak berbentuk persenyawaan seperti emas melainkan terdapat mineral yang berasosiasi dengan mineral ekonomis tersebut. Bijih harus diolah untuk mengekstraksi logam-logam mineral bijih dari mineral asosiasi. Seperti Pirit (FeS2) yang berasosiasi dengan bijih emas, karena mengandung fragmen emas murni sebagai inklusi (refractory gold). Proses "pembentukan bijih" disebut sebagai ore genesis.
Penggolongan bijih menurut pembentukannya :
  1. Bijih primer (hipogen), yakni bijih yang diendapkan pada saat terjadinya proses pelogaman.
  2. Bijih sekunder (supergen), yakni bijih yang diendapkan sebagai akibat alterasi dari bijih primer, oleh proses pelapukan dari air permukaan yang meresap ke dalam tanah.
Proses Pembentukan Mineral Bijih
Kebanyakan bijih di dunia ini yang ditambang adalah berasal dari mineral bijih yang diendapkan oleh larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal dapat berasal dari larutan pelepasan air yang terkandung dalam magma saat magma naik dan mendingin (Larutan Magmatik). Sumber lainnya berasal dari air meteoric atau air hujan yang masuk ke kerak bumi.
Sistem pembentukan mineralisasi dalam system hidrotermal secara umum terdiri dari endapan mineral tipe porfiri, mesotermal sampai epitermal (Corbett dan Leach, 1996)
1. Tipe porfiri terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa batuan intrusi
2. Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah
3. Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan fluida hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Sistem ini umumnya mempunyai variasi endapan mineral bijih. Mineral bijih tersebut diantaranya timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite, argentit, cinabar, elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung sedikit galena, spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari.

Daftar Pustaka:
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Alfianto, Agung Dwi. 2013. Modul Praktikum Mineralogi 2013. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Hertanto, Hendrik Boby. 2012. Praktikum Mineralogi. [Internet] tersedia dalam: <http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/praktikum-mineralogy.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2011. Endapan Mineral Deposit. [Internet] tersedia dalam: <http://toba-geoscience.blogspot.com/2011/07/endapan-mineral-mineral-deposit.html> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2014. Geologi Ekonomi. [Internet] tersedia dalam: <http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_ekonomi> [diakses pada 3 Februari 2015]
Anonim. 2014. Geologi Ekonomi. [Internet] tersedia dalam: <https://tambangunhas.wordpress.com/tag/mineral-deposit/> [diakses pada 3 Februari 2015]
Posted by Arriqo Arfaq

Enhanced Geothermal Power

Every countries have problems of energy sustainability, this was due to the limited supply of oil and gas. Now, oil and gas are the main energy source in the world so that the energy current depends on the availability of oil and gas. On the other hand, the energy demand is increasing, the main factors are increasing people population and industrial sector. Energy conservation needs to be done to solve the problem, we have to find a replacement energy to achieve national energy sustainability.
Source: http://www.thejakartapost.com/news/2014/04/21/geothermal-power.html 


Geothermal power is the one solution in energy crisis, it’s one of renewable energy, cost effective, reliable, sustainable, and environmentally friendly but has historically been limited to areas near tectonic plate boundaries. Recent technological advances have dramatically expanded the range and size of viable resources, especially for applications such as home heating, opening a potential for widespread exploitation. Geothermal wells release greenhouse gases trapped deep within the earth, but these emissions are much lower per energy unit than those of fossil fuels. As a result, geothermal power has the potential to help mitigate global warming if widely deployed in place of fossil fuels.

In the applying for geothermal energy sources, should have the following parameters: A high temperature (at least 1500 C below ground), A great scent pressure (at least 3.5 atmosphere), Considerable volume of steam (10 tons per hour = 1000 KW electricity), A maximum of 3000 meters well’s depth, and the Steam does not cause rust (pH should be more than 6).

There is no tool to measure directly some parameters in geothermal, it’s not like well logging in oil and gas, which doing one measuring can measure some parameter in petrophysics such as density log, gamma ray log, sonic log, caliper log, resistivity log, neutron log, and many others logging.

Here we offer a tool that can be used to measure temperature, pressure, pH, and concentration of gas in geothermal production. This tool has same concept with wireline logging in oil and gas, but this tool will measure these parameters in the field effectively and efficiently, and even this tool can measure at surface and also in the depth of well.

We would like to make a system using sensors that each of them can sense the parameter above. The sensors they are thermocouple, Taguchi Gas Sensor ( TGS ), vibration sensor, and pH sensor. Thermocouple is used to measure well temperature, Taguchi Gas Sensor ( TGS ) is used to measure concentration of well gas and surface gas which produced from fumarolic and solfataric, The vibration sensor is used to measure well pressure, and the last pH sensor is used to measure pH concentration of well.

Of course, all of the sensors are integrated which controlled by microcontroller in. The microcontroller must process all the data received from the sensors and directly process it. The final output can be seen in the display. The tool we designed may be doable. Considering all of the stuff are widely used in many applications and reasonably priced. This tool might answer the present problem concerning geothermal.

With optimizing of geothermal power can reduce dependence of fossil energy (Oil, Gas, and Coal), reduce greenhouse effect hopefully, can help geothermal development and increasing geothermal production, in the last with existing of this tool can solve energy crisis.

Minggu, 14 Desember 2014
Posted by Arriqo Arfaq

Klasifikasi Lipatan Billing (1986)

Klasifikasi lipatan menurut Billing (1986) di dasarkan pada: Bentuk penampang tegak, Intensitas lipatan, Sifat lipatan dan kedalaman, dan Kedudukan axial surface dan hinge line. Berikut akan dijelaskan lebih rinci terkait klasifikasi lipatan tersebut:

·    A. Berdasarkan bentuk penampang tegak :
  • Lipatan simetri :lipatan dimana axial plane-nya vertikal
  • Lipatan asimetri :lipatan dimana axial plane-nya condong
  • Overturned fold :lipatan dimana axial plane-nya condong dan kedua sayapnya miring ke arah yang sama dan biasanya pada sudut yang berbeda
  • Recumbent fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal
  • Vertical isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya vertical
  • Isoclined isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya condong
  • Recumbent isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal
  • Chevron fold :lipatan dimana hinge-nya tajam dan menyudut
  • Box fold :lipatan dimana crest-nya luas dan datar
  • Fan fold :lipatan dimana sayapnya membalik
  • Monocline :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal terjal
  • Structure terrace :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal dianggap horizontal
  • Homocline :lapisan yang miring dalam satu arah pada sudut yang relatif sama

·        B. Berdasarkan intensitas lipatan :
  • Open fold :lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau penipisan karena deformasi yang lemah
  • Closed fold :lipatan yang lapisannya mengalami penebalan atau penipisan karena deformasi yang kuat
  • Drag fold :lipatan-lipatan kecil yang terbentuk pada sayap-sayap lipatan yang besar akibat terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dengan lapisan tak kompeten
  • En enchelon fold :beberapa lipatan yang sifatnya lokal dan saling overlap satu dengan yang lain
  • Culmination dan depression :lipatan-lipatan yang menunjam pada arah yang berbeda, sehingga terjadi pembubungan dan penurunan
  • Anticlinorium :yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil
  • Synclinorium :yaitu sinklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih kecil

·        C.  Berdasarkan sifat lipatan dan kedalaman :
  • Similar fold :lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan lebih tebal pada hinge-nya
  • Paralel/concentric fold :lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan tidak berubah selama perlipatan
  • Pierching/diaphiric fold :lipatan dimana intinya yang aktif telah menerobos melalui batuan diatasnya yang lebih rapuh
  • Supratenuous fold :lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan kompaksi sedimen pada saat pengendapan terjadi di punggung bukit
  • Disharmonic fold :lipatan yang bentuknya tak seragam dari lapisan ke lapisan

·        D.  Berdasarkan kedudukan axial surface dan hinge line :
  • Horizontal normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line horizontal
  • Plunging normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line menunjam
  • Horizontal inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line horizontal
  • Plunging inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu lipatan
  • Reclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line menunjam, tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan
  • Vertical :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line vertical
  • Recumbent :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line horizontal



Referensi:
 Harset, D. 2010. 2nd Structure Geology, Klasifikasi lipatan (Billing: 1986) [Internet] tersedia dalam <http://debriadiharset.wordpress.com/2010/03/06/> [Diakses 15 November 2014]
Minggu, 16 November 2014
Posted by Arriqo Arfaq

BRENT Crude Oil

Gold Price

Popular Post

Blogger templates

Date

- Copyright © Young Geoscience -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -