Jenis Gerakan Massa


A.    Falls melibatkan sedimen dan batuan yang bergerak melalui udara dan menumpuk di dasar lereng. Untuk jenis fall (Jatuhan) terdapat subdivisi Rockfall (jatuhan bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa batuan yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal menggatung (hanging cliff), gerakannya cepat. Kondisi lerengnya menggantung seperti tebing.



B.     Slide adalah gerakan batuan atau sedimen sepanjang permukaan planar. Untuk jenis Slide(Geseran) dibagi menjadi 2 subdivisi yaitu Slump dan Rockslide.
1.      Slump (nendatan), yaitu gerakan massa biasanya berupa tanah yang relatif tebal yang bergerak melalui bidang lengkung, gerakannya realtif cepat. Kondisi lerengnya tidak terlalu curam.
2.     Rock Slide (longsor batuan), yaitu gerakan massa berupa batuan yang meluncur sepanjang bidang rata yang miring misalnya sepanjang bidang perlapisan batuan yang gerakannya cepat. Terdapat dua macam rockslide yaitu Rockslide along bedding planes dan rockslide along fracture plane. Kondisi lereng cenderung curam dengan batuan berbentuk bongkahan-bongkahan besar.

C.     Flows adalah gerakan plastik atau batuan semiliquid dan sedimen di udara atau air. Untuk jenis flow (Aliran) dibagi menjadi 6 subdivisi
1.     Mudflow (Aliran Lumpur). Kondisi lereng tidak terlalu curam dan tidak terlalu landai, kemudian untuk jenis batuannya berupa batulempung dan batulanau.
2.     Debris flow (Aliran Puing-puing), Kondisi lereng tidak terlalu curam dan tidak terlalu landai, kemudian untuk jenis batuannya berupa batupasir, kerikil dan kerakal.
3.     Earthflow (Aliran Tanah). Kondisi lereng cenderung lebih landai, kemudian untuk jenis batuannya berupa batupasir.
4.     Quick clay (Lempung Cepat). Kondisi lereng tidak terlalu curam dan tidak terlalu landai, kemudian untuk jenis batuannya yaitu batulempung.
5.     Solifluction
Kondisi lereng cenderung lebih landai, kemudian untuk jenis batuannya berupa batupasir.
6.     Creep
Creeping (rayapan tanah), yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang batas dengan batuan induknya, gerakannya sangat lambat, biasanya terjadi di area yang sangat luas. Kondisi lereng tidak terlalu curam dan tidak terlalu landai, kemudian untuk jenis batuannya yaitu batulempung.



Sabtu, 12 Juli 2014
Posted by Arriqo Arfaq

LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN SEDIMEN

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu. lingkungan pengendapan tersebut meliputi:
1.      Lingkungan Glasial
Pengertian tentang sistem pengendapan glasial dan macam - macam bentuknya penting dalam aplikasi. Pertama, data kandungan endapan glasial dapat digunakan menyelesaikan masalah tentang proses - proses geologi yang terjadi. Kedua, endapan glasial merupakan dasar untuk mempelajari lingkungan geologi. Dengan adanya investigasi karakteristik teknik geologi, pedoman hydrogeological, dan arus transportasi dalam sistem pengendapan glasial. Sistem pengendapan glasial merupakan suatu pendorong dalam penyelidikan tentang sistem pengendapan glasial ini juga merupakan pendorong untuk mempelajari / mengetahui tentang letak dari pengendapan klastik dan karbonat dari suatu reservoar hidrokarbon pada tahun 1950 – an. Selain itu diketahui pula bahwa dalam sistem pengendapan glasial juga membawa serta endapan -endapan mineral dan bermacam - macam batuan yang dibungkus oleh es. (Placer ; Eyles, 1990), dan sistem pengendapan glasial digunakan juga dalam penyelidikan untuk endapan mineral yang terdapat pada pelindung / pembungkusnya sendiri. (drift prospecting ; Dilabio and Coker, 1989).

2.      Kipas Alluvial
Aluvial fan atau yang biasa disebut kipas aluvial adalah kenampakan pada mulut lembah yang berbentuk kipas yang merupakan hasil proses pengendapan atau merupakan akhir dari sistem erosi-deposisi yang dibawa oleh sungai. Lingkungan ini umumnya berkembang di kaki pegunungan, dimana air kehilangan energi untuk membawa sendimen ketika melintasi dataran. Atau dapat diartikan pula bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya material kasar diendapkan dekat kemiringan lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran, tetapi secara keseluruhan lingkungan ini mengendapkan sendimen-sendimen yang berukuran besar seperti bongkahan batuan.

3.      Sungai
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, sungai lurus (straight), sungai teranyam (braided), sungai anastomasing, dan sungai kekelok (meandering). Pertama Sungai lurus (Straight), Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini mempunyai pengendapan sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelok-belok (low sinuosity). Kedua Sungai kekelok (Meandering) , pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat secara mendatar. Ini terjadi karena adanya pengikisan tepi sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada kelokan tepi dalam. Ketiga Sungai teranyam, Biasanya tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit di kiri dan kanannya. Endapannya selain berasal dari material sungai juga berasal dari hasil erosi pada bukit-bukit yang mengapitnya yang kemudian terbawa masuk ke dalam sungai. Runtunan endapan sungai teranyam ini biasanya dengan pemilahan dan kelulusan yang baik, sehingga bagus sekali untuk batuan waduk (reservoir). Keempat Sungai anastomasing, energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam (braided), aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk sungai anastomasing adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang sungai kecil dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu.

4.      Danau
Danau atau Lacustrin adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Pada lingkungan ini juga dijumpai adanya delta, barried island hingga kipas bawah air yang diendapkan dengan arus turbidit. Danau juga mengendapkan klastika dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga. Pada daerah beriklim kering dapat terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari kandungan fosil dan aspek geokimianya. Danau dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa pergerakan tektonik sebagai pensesaran dan pemekaran; proses glasiasi seperti ice scouring, ice damming dan moraine damming (penyumbatan oleh batu); pergerakan tanah atau hasil dari aktifitas volkanik sebagai penyumbatan lava atau danau kawah hasil peledakan.
5.      Delta
Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada “lacustrine” atau “marine coastline”. Delta merupakan sebuah lingkungan yang sangat komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah regime sungai, pasang surut (tide), gelombang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker, 1981). Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system. Secara sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak dibandingkan dengan sedimen yang terkena dampak gelombang dan pasang surut. Dalam beberapa kasus, pengendapan sedimen fluvial ini banyak berubah karena faktor diatas, sehingga banyak ditemukan variasi karakteristik pengendapan sedimennya, meliputi distributary channels, river-mouth bars, interdistributary bays, tidal flat, tidal ridges, beaches, eolian dunes, swamps, marshes dan evavorites flats (Coleman, 1982). Ketika sebuah sungai memasuki laut dan terjadi penurunan kecepatan secara drastis, yang diakibatkan bertemunya arus sungai dengan gelombang, maka endapan-endapan yang dibawanya akan terendapkan secara cepat dan terbentuklah sebuah delta. Deposit (endapan) pada delta purba telah diteliti dalam urutan umur stratigrafi, dan sedimen yang ada di delta sangat penting dalam pencarian minyak, gas, batubara dan uranium.
6.      Pantai, Pulau Barrier, dan Gumuk Pasir
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983). Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di surf zone. Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secara berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi, Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya, Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah yang di tinjau. Bukit pasir bervariasi dalam ukuran butir dari 1,6 - 0,1 mm. Endapan bukit pasir umumnya terdiri dari tekstur pasir yang terpilah baik dan kebundaran baik juga ;kaya akan kwarsa. Endapan bukit pasir di pantai mungkin kaya akan mineral berat dan fragmen batuan yang tidak stabil. Bukit pasir di pantai yang terjadi didaerah tropis banyak mengandung ooid, fragmen cangkang, atau butiran karbonat lainnya. Bukit pasir yang terdapat di daerah gurun dapat mengandung gypsum seperti White Sand, New Mexico. Bukit pasir dapat pula terbentuk di muka pantai. Meskipun demikian hanya terjadi pada pantai pada daerah kering dimana vegetasi (tumbuhan) tidak ada. Angin kering yang kuat dengan arah tegak lurus pantai secara aktif memindahkan pasir menjadi gundukan pasir. Hanya sedikit gugusan bukit pasir di muka pantai yang terjadi pada daerah curah hujan rendah.
7.      Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relative tinggi. Wilayah rawa yang luas terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Irian Jaya).  Daerah berawa-rawa terjadi mengikuti perluasan daratan karena meditasi akuatis. Oleh karena itu, rawa dapat dijumpai pada tempat-tempat yang syarat-syarat sedimentasi akuatisnya memungkinkan, misalnya daerah-daerah pantai Papua (Irian Jaya), pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera dan pantai Kalimantan. Bila sungai dipasok lebih banyak sedimen dari pada kemampuan sungai untuk membawa sedimen tersebut, maka akan diendapkan material berlebih pada dasar kanal sebagai sand and gravel bars. Pengendapan ini mendorong sungai untuk memecah kanal menjadi dua atau lebih kanal sehingga terbentuklah pola sungai teranyam (braided river).
8.      Lagoon
Lagun atau Lagoon adalah suatu kawasan berair dangkal yang masih berhubungan dengan laut lepas, dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar dengan pantai (Gambar VII.15). Maka dari itu lagun umumnya tidak luas dan dangkal dengan energi rendah. Beberapa lagun yang dianggap besar, misalnya Leeward Lagoon di Bahama luasnya hanya 10.000 km dengan kedalaman + 10 m (Jordan, 1978, dalam Bruce W. Sellwood, 1990). Akibat terhalang oleh tanggul, maka pergerakan air di lagun dipengaruhi oleh arus pasang surut yang keluar/masuk lewat celah tanggul (inlet). Kawasan tersebut secara klasik dikelompokkan sebagi daerah peralihan darat - laut (Pettijohn, 1957), dengan salinitas air dari tawar (fresh water) sampai sangat asin (hypersalin). Keragaman salinitas tersebut akibat adanya pengaruh kondisi hidrologi, iklim dan jenis material batuan yang diendapkan di lagun. Lagun di daerah kering memiliki salinitas yang lebih tinggi dibanding dengan lagun di daerah basah (humid), hal ini dikarenakan kurangnya air tawar yang masuk ke daerah itu. Berdasarkan batasan-batasan tersebut diatas maka batuan sedimen lagun sepintas kurang berarti dalam aspek geologi. Akan tetapi bila diamati lebih rinci mengenai aspek lingkungan pengendapannya, lagun akan dapat bertindak sebagai penyekat perangkap stratigrafi minyak. Transportasi material sedimen di lagun dilakukan oleh, air pasang energi ombak, angin yang dengan sendirinya dikendalikan iklim sehingga akan mempengaruhi kondisi biologi dan kimia lagun.
9.      Laut Dangkal (Shelf  Environment)
Daerah shelf merupakan daerah lingkungan pengendapan yang berada diantara daerah laut dangkal sampai batas shelf break . Heckel (1967) dalam Boggs (1995) membagi lingkungan shelf ini menjadi dua jenis, perikontinental (marginal) dan epikontinental epeiric). Perikontinental shelf adalah lingkungan laut dangkal yang terutama menempati daerah di sekitar batas kontinen (transitional crust) shelf dengan laut dalam. Perikontinental seringkali kehilangan sebagian besar dari endapan sedimennya (pasir dan material berbutir halus lainnya), karena endapan-endapan tersebut bergerak memasuki laut dalam dengan proses arus traksi dan pergerakan graviti (gravity mass movement). Karena keberadaannya di daerah kerak transisi (transitional crust), perikontinental juga sering menunjukan penurunan (subsidence) yang besar, khususnya pada tahap awal pembentukan cekungan, yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan yan tebal pada daerah ini (Einsele, 1992). Sedangkan epikontinental adalah lingkungan laut yang berada pada daerah kontinen (daratan) dengan sisi-sisinya dibatasi oleh beberapa daratan. Daerah ini biasanya dibentuk jauh dari pusat badai (storm) dan arus laut, sehingga seringkali terproteksi dengan baik dari kedua pengaruh tersebut. Jika sebagian dari daerah epeiric ini tertutup, maka ini akan semakin tidak dipengaruhi oleh gelombang dan arus tidal.  Skema penampang lingkungan pengendapan laut (Boggs, 1995) Ada enam faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi pada lingkungan shelf (Reading, 1978), yaitu : 1. kecepatan dan tipe suplai sedimen 2. tipe dan intensitas dari hidrolika regime shelf 3. fluktuasi muka air laut 4. iklim 5. interaksi binatang – sedimen 6. faktor kimia Pasir shelf modern sebagian besar (70%) adalah berupa relict sedimen, meskipun kadang-kadang daerah shelf ini menerima secara langsung suplai pasir dari luar daerah, seperti dari mulut sungai pada saat banjir dan dari pantai pada saat badai (Drake et al, 1972 dalam Reading, 1978). Endapan sedimen pada lingkungan shelf modern umumnya sangat didominasi oleh lumpur dan pasir, meskipun kadang-kadang dijumpai bongkah-bongkah relict pada beberapa daerah.
10.  Reefs
Terumbu atau reef merupakan lingkungan yang unik yang sangat berbeda dari bagian lingkungan pengendapan lainnya di lingkungan paparan (shelf). Terumbu ini umumnya dijumpai pada bagian pinggir platform paparan luar (outer-shelf) yang hampir menerus sepanjang arah pantai, sehingga merupakan penghalang yang efektif terhadap gerakan gelombang yang melintasi paparan tersebut. Disamping terumbu berkembang seperti massa yang menyusur sepanjang garis pantai diatas, juga dapat berkembang sebagai “patch” yang terisolir dalam paparan bagian dalam atau inner-shelf . Istilah lain untuk terumbu ini, ada yang menyebutnya dengan “carbonate buildup” atau “bioherm”. Tetapi para pekerja karbonat tidak menyetujui penggunaan istilah terumbu hanya dibatasi untuk carbonat-buildup atau inti yang kaku, pertumbuhan koloni organisme, atau carbonat - buildup lainnya yang tidak memiliki inti kerangka yang kaku. Wilson (1975) menggunakan istilah carbonat-buildup untuk tubuh yang secara lokal, terbatas secara lateral, merupakan hasil proses relief tofografi, dan tanpa mengaitkan dengan hiasan pembentuk internalnya.
11.  Laut Dalam
Sekitar 70% daerah bumi ini merupakan daerah cekungan laut dengan alas kerak samudra tipe basaltis. Daerah cekungan laut dalam merupakan daerah yang pada bagian atanya dibatasi oleh lingkungan shelf pada zona break, secara topografi ditandai dengan kemiringan yang curam (lebih besar) dibandingkan dengan shelf. Berdasarkan dari fisiografinya, lingkungan laut dalam ini dibagi menjadi tiga daerah yaitu, continental slope, continental rise dan cekungan laut dalam . Prinsip elemen dari Kontinental margin (Drake, C.L dan Burk, 1974 dalam Boggs, 1995) Lereng benua (continental slope) dan continental rise merupakan perpanjangan dari shelf break. Kedalaman lereng benua bermula dari shelf break dengan kedalaman rata-rata 130 m sampai dengan 1500-4000 m. Kemiringan pada lereng benua ini sekitar 40, walaupun ada variasi pada lingkungan delta (20) dan pada lingkungan koral (450) (Boggs, 1995). Sedangkan kemiringan pada continental rise biasanya lebih kecil dibandingkan kemiringan pada lereng benua. Karena lerengnya yang cukup curam dibandingkan paparan, pada lereng benua ini sering merupakan daerah dari pergerakan arus turbidit. Continental rise biasanya tidak akan ada pada daerah convergen atau aktif margin dimana subduksi berlangsung. Morfologi pada lereng benua ini sering menunjukan bentuk cembung, kecuali pada daerah-daerah yang yang mempunyai stuktur sangat aktif. Volume endapan sedimen yang dapat mencapai lereng benua dan continental rise ini akan sangat bergantung pada lebarnya shelf dan jumlah sedimen yang ada. Continental rise dan cekungan laut dalam membentuk sekitar 80% dari total dasar laut.
Refferensi :
  1. Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy. Wiley-Blackwell. UK
  2. Hangky. Radolf. 2010. Lingkungan Pengendapan. Tersedia : http://valentinomalau31.blogspot.com/2010/12/lingkungan-pengndapan.html. (Diakses pada 23 Maret 2014)








Selasa, 08 Juli 2014
Posted by Arriqo Arfaq

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme yang disebabkan oleh suhu (T) dan tekanan (P).  terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya  bataun metamorf yaitu Suhu, Tekanan, dan Aktivitas fluida. Suhu besaral dari heat source atau dapur magma yang menghasilkan aliran Up flow dan Out flow. Tekanan, tekanan dibagi menjadi 2 macam yaitu tekanan litostatis dan stress differensial, pada tekanan litostatis terjadi karena pembebanan batuan yang berada di bagian atas, sedangkan stess differensial terjadi karena deformasi batuan akibat pengaruh gaya tektonik. Yang ketiga adalah Aktivitas fluida, fluida dapat mempercepat proses metamorfisme dengan cara meningkatkan reaksi kimia karena di dalam fluida terdapat ion terlarut. Terdapat 3 macam sumber yang terlibat dalam proses metamorfisme yaitu: Air yang terjebak di dalam pori, Cairan volatile, hasil heedidrasi dari mineral jenuh air.
Tipe Metomorfisme ada 3 macam, Pertama adalah Metamorfisme Kontak, metamorfisme ini terjadi disekitar kontak masa batuan beku intrusive maupun ekstrusif, yang kedua adalah metamorfisme dinamik, metamorfisme ini terjadi karena faktor tekanan (P) baik itu tekanan litostatis maupun stress diferensial, yang ke tiga adalah Metamorfisme Regional yaitu metamorfisme yang terjadi pada volume batuan yang relative besar dengan melibatkan faktor P dan T.
Derajat Metamorfisme merupakan gambaran suhu relative dan tekanan dimana batuan metamorf terbentuk, derajat metamorfisme dibagi menjadi 3 macam yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan suhu disebut Fasies, setiap fasies dinamakan berdasarkan jenis batuan, kesamaan fisik atau kimia. Komposisi mineral batuan metamorf adalah Kuarsa, Amfibol, Plagioklas, Klorit, Serpentin, Kalsit, Garnet, dan Mika.
Tekstur batuan berhubungan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan. Pada batuan metamorf tekstur batuan dibagi menjadi dua yaitu tekstur Kristaloblastik, yang dicirikan dengan tekstue batuan asal yang tidak kelihatan lagi. Contoh : Granoblastik, Nematoblastik, Idioblastik, dll. Kedua adalah tekstur Relik/Sisa yang dicirikan dengan adanya tekstur sisa batuan asal yang bisa diamati. Contohnya: Blastopsefit, Blastopsamit, dan Blastopellit. Struktur batuan metamorf juga dibagi menjadi 2 macam, yaitu Struktur Foliasi yaitu struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral penyusun, contohnya Slaty cleveage, Phylitic, Sekistose, dan Gneisik. Kebalikannya disebut Struktur Non-Foliasi yaitu struktur yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral penyusun. Contohnya :Hornfels, Kataklastik, Milonitik, dan Filonitik



Posted by Arriqo Arfaq

Semua tentang Granit

Deskripsi Umum
Granit adalah batuan beku berwarna terang dengan biji-bijian yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ini terbentuk dari kristalisasi magma lambat di bawah permukaan bumi (Intrusif). Granit terdiri terutama dari kuarsa dan feldspar dengan sejumlah kecil dari mika, amphiboles dan mineral lainnya. Komposisi mineral ini biasanya memberikan granit warna merah, pink, abu-abu atau putih dengan butiran mineral gelap terlihat di seluruh batu.
Granit bersifat felsik (Asam), Batuan beku yang umum dan banyak ditemukan. Granit mempunyai tekstur Faneritik artinya mempunyai butiran-butiran Kristal yang ukurannya relative seragam dan besar-besar, Struktur batuannya masif sehingga batuan ini tidak mempunyai retakan atau lubang-lubang gas(Vaskuler). Granit kebanyakan berbentuk besar, keras dan kuat,  oleh karena itu banyak digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latin granum.


Definisi Granit
Granit dapat didefinisikan dari tiga sudut pandang, yaitu definisi sederhana, definisi menurut ilmui petrologi, dan definisi komersil atau dagang. Secara sederhana, granit didefinisikan sebagai batuan beku berwarna cerah, berukuran butir kasar, berkomposisi mineral dominan feldspar dan kuarsa, kompisisi mineral minor mika dan amfibol.
Definisi menurut ilmu petrologi, granit adalah batuan beku yang mengandung kuarsa berkisar dari 10 – 50 % daru seluruh mineral felsik, dan mengandung alkali feldspar 65 – 90 % dari kandungan total mineral feldspar. Untuk dapat menerapkan definisi ini diperlukan kemampuan melakukan identifikasi mineral.
Menurut industri batuan komersil, granit adalah batuan yang butirannya dapat dilihat dan memiliki kekerasan yang lebih keras daripada marmer. Menurut definisi ini maka gabro, basalt, pegmatit, skis, gneis, syienit, monzonit, anorthosit, granodiorit, diabas, diorit disebut sebagai “granit”.

Proses Pembentukan Granit
Granit terbentuk di daerah kontinen atau benua sebagai batuan beku intrusif. Ukuran butir kristal mineral penyusunnya yang berukuran kasar menunjukkan granit terbentuk melalui proses pembekuan magma yang sangat lambat.
Granit terbentuk karena pembekuan magma yang terjadi jauh di dalam bumi sehingga ganesa batuan ini adalah batuan beku intrusif dalam. Dijumpainya granit di permukaan bumi sekarang menunjukkan bahwa kerak bumi telah mengalami erosi sangat dalam.

Penggunaan Granit
Granit adalah batu yang paling sering digali sebagai " batu dimensi " ( bahan batu alam yang telah dipotong menjadi balok atau lembaran tebal panjang tertentu , lebar dan ketebalan ) . Granit cukup sulit untuk menolak sebagian abrasi , cukup kuat untuk menanggung berat badan yang signifikan , cukup inert untuk melawan pelapukan dan menerima polish brilian . Karakteristik ini membuatnya menjadi batu dimensi yang sangat diinginkan dan berguna .
Granit telah digunakan selama ribuan tahun di kedua aplikasi interior dan eksterior . Kasar - potong dan granit dipoles digunakan di gedung-gedung , jembatan , paving , monumen dan banyak proyek eksterior lainnya . Indoors , granit lembaran dipoles dan ubin yang digunakan dalam countertops , ubin lantai , tapak tangga dan banyak fitur praktis dan dekoratif lainnya .
Harga tinggi sering mengurangi popularitas bahan konstruksi dan granit sering biaya secara signifikan lebih dari bahan buatan manusia di sebagian besar proyek . Namun, granit frequenly dipilih karena merupakan bahan prestise , digunakan dalam proyek untuk menghasilkan tayangan keanggunan , daya tahan dan kualitas abadi .
Granit juga digunakan sebagai batu hancur atau agregat . Dalam bentuk ini digunakan sebagai bahan dasar di lokasi konstruksi , sebagai agregat dalam pembangunan jalan , rel kereta api ballast , yayasan dan di mana saja bahwa batu hancur berguna sebagai mengisi .
Dalam bidang industri dan rekayasa, granit banyak dipakai sebagai bidang acuan dalam berbagai pengukuran dan alat pengukur. Hal ini dikarenakan granit bersifat kedap air, kaku (rigid), non-higroskopis dan memiliki koefisien ekspansi termal yang sangat rendah. Salah satu penerapannya adalah pada mesin pengukur koordinat.

Granit di kerak Benua
Kebanyakan buku teks geologi pengantar melaporkan bahwa granit adalah batu yang paling melimpah di kerak benua. Pada permukaan granit terkena dalam inti dari banyak pegunungan, dalam wilayah besar yang dikenal sebagai "batolit," dan di daerah inti benua yang dikenal sebagai "perisai."
Kristal mineral besar dalam granit adalah bukti bahwa itu didinginkan perlahan-lahan dari bahan batuan cair. Itu pendinginan lambat harus terjadi di bawah permukaan bumi dan membutuhkan waktu yang lama untuk terjadi. Jika mereka hari ini tersingkap di permukaan satu-satunya cara yang bisa terjadi jika batu granit terangkat dan batuan sedimen di atasnya terkikis.
Di daerah di mana permukaan bumi ditutupi dengan batuan sedimen, granit, atau batu granit bermetamorfosis terkait erat biasanya hadir di bawah penutup sedimen. Ini granit dalam dikenal sebagai "batu basement".





 




Posted by Arriqo Arfaq

Istilah-Istilah dalam Batuan Beku dan Volkanisme

  1. Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar magma di bawah permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan silika bersuhu tinggi yang kompleks dan merupakan asal semua batuan beku. Magma berada dalam tekanan tinggi dan kadang kala memancut keluar melalui pembukaan gunung berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi Hasil letupan gunung berapi ini mengandung larutan gas yang tidak pernah sampai ke permukaan bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang terasing di bawah kerak bumi dan mengandung komposisi yang berlainan menurut tempat magma itu didapati.
  2. Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari lava.
  3. Pillow Lava (Lava bantal) adalah struktur lava biasanya terbentuk ketika lava muncul dari ventilasi vulkanik bawah laut atau gunung berapi subglacial atau aliran lava masuk laut. Namun, lava bantal juga dapat terbentuk ketika lava yang meletus di bawah es glasial tebal. Lava kental menghasilkan kerak yang solid pada kontak dengan air, dan kerak ini retak dan merembes gumpalan besar tambahan atau "bantal" sebagai lava lebih muncul dari aliran maju. Karena air meliputi sebagian besar permukaan bumi dan gunung berapi sebagian besar terletak di dekat atau di bawah badan air, lava bantal sangat umum.
  4. Pahoehoe  Lava adalah lava basaltik yang memiliki permukaan halus, menggelembung, bergelombang, atau berurat. Fitur permukaan ini karena pergerakan lava yang sangat cair di bawah permukaan membekunya kerak. Aliran pahoehoe biasanya awal sebagai rangkaian lobus kecil dan jari kaki yang terus-menerus keluar dari kerak dan  didinginkan. Hal ini juga membentuk tabung lava di mana hilangnya panas minimal mempertahankan viskositas rendah. Tekstur permukaan arus pahoehoe bervariasi, menampilkan segala macam bentuk aneh sering disebut sebagai patung lava. Dengan peningkatan jarak dari sumber, arus pahoehoe dapat berubah menjadi aa arus dalam menanggapi panas kerugian dan akibat peningkatan dalam viskositas. Pahoehoe lava biasanya memiliki suhu 1100 - 1200 ° C.
  5. Aa Lava adalah salah satu dari tiga jenis dasar dari aliran lava. AA adalah lava basaltik ditandai dengan permukaan yang kasar atau rubbly terdiri dari blok lava rusak disebut klinker.Longgar, rusak, dan tajam, permukaan berduri dari aliran Aa membuat sulit dan lambat untuk mendaki. Permukaan clinkery sebenarnya mencakup inti padat besar, yang merupakan bagian paling aktif dari aliran. Seperti lava pucat dalam inti perjalanan menuruni lereng, para klinker  terbawa di permukaan. Di ujung depan dari aliran Aa, fragmen ini didinginkan  di bagian depan dan terkubur atau tertimpa oleh aliran maju. Ini menghasilkan lapisan fragmen lava baik di bagian bawah dan atas arus Aa. Bola lava akresi seluas 3 meter (10 kaki) yang umum pada arus Aa. Aa biasanya viskositas lebih tinggi dari pahoehoe. Pahoehoe bisa berubah menjadi AA jika menjadi turbulen dari pertemuan hambatan atau lereng curam. Aa lava biasanya meletus pada suhu 1000-1100 ° C. Tekstur  tajam dan menyudut membuat aa reflektor radar yang kuat, dan dengan mudah dapat dilihat dari satelit yang mengorbit (terang pada gambar Magellan).
  6. Couless Lava adalah lava yang berhubungan dengan aliran lava felsic mulai dari dasit hingga riolit. Sifat sangat kental lava ini menyebabkan mereka tidak mengalir jauh dari lubang, menyebabkan lava untuk membentuk kubah lava di ventilasi. Ketika kubah terbentuk pada permukaan miring yang dapat mengalir dalam arus pendek tebal disebut coulées (kubah aliran). Arus ini sering hanya melakukan perjalanan beberapa kilometer dari ventilasi.
  7. Dike yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter. Dike berbentuk lembaran batu atau seperti tanggul, terbentuk di celah di tubuh batuan yang sudah ada sebelumnya.
  8. Sill adalah tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya. Atau intrusi magma yang sejajar dengan perlapisan batuan dimana lapisan atas dan bawah yang merupakan perlapisan batuan yang kuat. Sill disebut juga sheet. Ilustrasinya dapat dilihat dalam gambar berikut.
  9. Laccolith adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkanlapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata. tubuh batuan beku yang terbentuk kubah (dome) dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melngkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,sedangkan bagian dasarnya tetap datar.Diameter laccolith berkisar antara 2-4 mil dengan ribuan meter.
  10. Batholith adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.2. Batholit memiliki ukuran yang sangat besar,yaitu >100km2 dan membeku pada tempat yang lebih dalam dari pada lopolith.

Posted by Arriqo Arfaq

Deret Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series)

Magma yang sampai ke permukaan bumi dan mengalami kontak dengan udara dan suhu akan membeku membentuk kristal mineral yang nantinya menjadi penyusun batuan.  Proses pembentukan batuan dari pendinginan magma inilah yang dibahas di Deret Reaksi Bowen.
Deret Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) adalah suatu skema yang menjelaskan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan faktor utama dalam Deret Reaksi Bowen adalah suhu (T).

Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Bowen kemudian membaginya menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
Deret Continuous, deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
Deret Discontinuous Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.

Sumber : 
1. Husain, Salahuddin. Batuan Beku dan Volkanisme. 2012. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM.
2. Tim Asisten Geologi Dasar. Panduan Praktikum Geologi Dasar. 2014. FMIPA   UGM
3. http://geohazard009.wordpress.com/2009/10/13/bowen-reaction-series/ (Diakses tanggal 7 Maret 2014)
Posted by Arriqo Arfaq

Istilah-Istilah Dalam Geologi Dan Mineralogi

1)      Mineral adalah Zat atau benda yang bersifat padat,homogen dan terbentuk secara alami yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu.
2)      Non Ferromagnetik adalah mineral yang tidak tertarik oleh medan magnet.
3)      Luster adalah Kualitas dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh mineral.
4)      Diafenitas adalah Kemampuan dan kualitas mineral untuk meloloskan cahaya.
5)      Streak adalah Warna serbuk mineral.
6)      Skala Mohs adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu mineral dengan jalan membandingkannya dengan mineral lain.
7)      Diamagnetisme adalah sifat suatu mineral yang tidak bisa menempel pada magnet.
8)      Mineral Cleavage (Belahan) adalah kecenderungan bahan kristal untuk membagi sepanjang bidang struktur kristalografi tertentu.
9)      Fraktur adalah bentuk dan tekstur permukaan mineral ketika terpecah. Mineral sering memiliki fraktur yang sangat khas, sehingga fitur utama yang digunakan dalam identifikasi mereka.
10)  Tenacity adalah menggambarkan reaksi mineral terhadap suatu tekanan tertentu.
11)  Sakaroidal adalah tekstur suatu mineral dimana ukuran butirnya seragam.
12)  Allokromatik adalah mineral yang mempunyai warna tidak tetap, tergantung pengotornya.
13)  Malleable adalah Ketahanan mineral tertentu yang jika ditempa dapat menjadi lembaran tipis.
14)  Vitreous adalah Kilauan yang menggambarkan suatu mineral dengan sifat reflektif mirip dengan kaca.
15)  Transparan adalah Menggambarkan sebuah mineral yang mampu meloloskan cahaya, dan jika ditempatkan di depan obyek lain, obyek tersebut dapat dilihat darinya.
16)  Brittle adalah Mineral yang memiliki sifat yang rapuh
17)  Opaque (Buram) adalah mineral yang tidak memiliki kemampuan untuk meloloskan cahaya atau dengan kata lain cahaya tidak dapat melewatinya.
18)  Translucent (tembus cahaya) adalah Menggambarkan sesuatu mineral yang mampu meloloskan cahaya tetapi tidak sepenuhnya.
19)  Mica adalah Mineral pembentu bantuan yang banyak ditemui di batuan beku dan batuan Metamorf dengan mempunyai rumus umum (K, Na, Ca) (Mg, Fe, Li, Al)2-3 (Al, Si)O1 O (OH, F)2.
20)  Hackly adalah Jenis fraktur yang menyerupai logam rusak, memiliki permukaan tajam dan meruncing.
21)  Elastic adalah Kekuatan  mineral tertentu yang bila diletakkan di bawah tekanan menyebabkan menekuk/bengkok, dan akan kembali ke posisi semula ketika tekanan dilepaskan.
22)  Fibrous (berserat) adalah kelompok mineral yang  memiliki tekstur yang halus  dan berserat secara paralel.
23)  Fleksibel adalah Kekuatan  mineral tertentu yang bila diletakkan di bawah tekanan menyebabkan menekuk/bengkok, dan tidak akan kembali ke bentuk semula ketika tegangan dilepaskan, akan tetapi membentuk bentuk yang baru.
24)  Conchoidal adalah Pecahan mineral di mana lekukan berbentuk bulat dan menyerupai cangkang atau pecahan kaca.
25)  Isometrik adalah mineral yang memilki tiga sumbu Kristal terleatak tegak lurus satu dengan yang lain serta mempunyai panjang yang sama.
26)  Kristalin adalah Unsur yang memiliki struktur dan susunan kristal.
27)  Paramagnetik adalah mineral yang tertarik secara lemah dengan medan magnet.
28)  Sectile adalah mineral yang mampu dipotong dengan pisau atau benda tajam lainnya.
29)  Ferromagnetik adalah mineral yang tertarik kuat oleh medan magnet.
30)  Granular adalah Keseluruhan kristal kecil yang terkumpul bersama-sama menyerupai sekelompok butiran/bintik
31)  Ductile (elastic) adalah Mineral yang mampu merentang menjadi lembaran tipis.
32)  Columnar adalah deskripsi mineral yang memiliki paralel, ramping, kompak dan struktur kristal.
33)  Ideokromatik adalah Mineral yang memilki hanya satu warna atau memiliki warna yang tetap.
34)  Lamelar adalah sinonim dari Scaly (bersisik), Menggambarkan mineral berdasarkan tingkat sisik.
35)  Brittle adalah menggambarkan ketahanan mineral yang terpukul atau tergores dan menghasilkan serbuk halus atau remah-remah kecil.
36)  Efferescen adalah Menggambarkan mineral yang muai dalam asam.
37)  Kritalisasi adalah Proses pembentukan mineral menjadi bentuk kristal.
38)  Karbonat adalah Kelompok mineral yang anggotanya mengandung satu atau lebih unsur logam ditambah karbonat radikal (CO3).
39)  Agregat adalah Sebuah pengelompokan kristal. Agregat didefinisikan dengan cara kristal terkumpul bersama.(Cara pengelompokan kristal).
40)  Amorf adalah mineral yang tidak mempunyai bentuk Kristal. Opal adalah contoh dari mineral amorf.

Refferensi:
Ø  Munir, Moh. 1996. Geologi dan mineral tanah. Pustaka Jaya.Malang.
Ø  Jensen. David E. My Hobby Islam Colecting Rock and Mineral. 1958. Children Press. Chicago
Ø  Kurniawan. Alva.dkk .2009. General Dictionay of Geology. Environmental Geographic Student Association (EGSA). Yogyakarta
Ø  http://wikipedia.org/
Ø  http://geology.com/
Ø  http://pustakatambang.blogspot.com/



 
 








Posted by Arriqo Arfaq

BRENT Crude Oil

Gold Price

Popular Post

Blogger templates

Date

- Copyright © Young Geoscience -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -