- Back to Home »
- Geofisika , Geologi , Geoscience »
- Kupas Tuntas Lapindo Brantas (1)
Posted by : Arriqo Arfaq
Jumat, 22 Agustus 2014
Lumpur lapindo atau
sering juga disebut lumpur Sidoarjo (LUSI) merupakan semburan lumpur yang tak
kunjung berhenti sejak 29 Mei 2006, peristiwa ini terjadi pada lokasi
pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, akibat dari
semburan lumpur ini telah menenggelamkan sebanyak 16 desa, hal ini berarti lebih dari 728 hektar
telah tergenangi. Dalam area yang tergenangi ini tidak hanya terdapat rumah
penduduk saja, namun ada sarana pendidikan, pabrik, dan kantor pemerintahan
yang juga ikut tergenang. Dengan keadaan ini secara otomatis akan banyak
penduduk yang bukan hanya kehilangan tempat tinggalnya namun juga kehilangan
mata pencahariannya dan akan ada banyak anak yang kehilangan tempat mereka
untuk menuntut ilmu. Bencana lumpur lapindo juga telah mencemari lingkungi
sekitar dari wilayah yang digenangi, seperti areal persawahan dan ladang milik
warga. Banyak ternak milik warga yang ikut mati dalam bencana ini.
Gambar 2. Peta Lokasi Desa yang tergenam Lumpur Panas
Gambar 3.Citra Satelit Lokasi Lumpur Sidoarjo
Munculnya
Lapindo Brantas Inc
Lahirnya UU baru yaitu
UU MIGAS pada tahun 2001 membuka kesempatan bagi sektor swasta baik domestik
maupun internasional untuk beroperasi di Indonesia, tanpa ada intervensi apapun
dari pemerintah , dari sinilah awal mula masuknya keluarga Bakrie dalam bisnis
migas. Jawa Timur sendiri memiliki cukup banyak titik eksplorasi migas yang
dikelola oleh berbagai perusahaan domestik maupun asing seperti Exxon Mobil Oil
(Blok Cepu), Energi Mega Persada (Blok Brantas), Meta Epsi Drilling Company
(kelompok Arifin Panigoro), Santos (Australia), untuk wilayah laut jawa atau Offshore terdapat Hess Indonesia.
Ltd dan Petronas (Malaysia). Dari
banyaknya WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) sehingga Jawa timur termasuk
penghasil Migas terbesar di Indonesia setelah Kalimantan Timur dan Riau.
Blok Brantas, yang
melingkupi wilayah Sidoarjo, Mojokerto danPasuruan, merupakan salah satu lokasi
eksplorasi migas. Pada awal 1990an, PT Huffco Brantas, perusahaan Amerika,
memiliki kontrak perjanjian karya di blok Brantas. Pada pertengahan 1990an,
Huffco menjual kontrak itu ke Lapindo Brantas Incorporated. Di tahun 2004,
Energi Mega Persada (EMP) dan Novus Brantas ( British Petroleum) mengambil alih
Lapindo. Pada tahun 2005, Novus Brantas menjual sahamnya ke Meta Epsi Drilling
Company (Medco) dan Santos. Jadi komposisi kepemilikan Lapindo Brantas Inc.
ketika lumpur mulai menyembur adalah: EMP (50 persen), Medco (32 persen) dan
Santos (12 persen). EMP merupakan salah satu anak perusahaan Bakrie &
Brothers, menjelaskan keterlibatan Bakrie dalam eksplorasi migas di Sidoarjo.
Bagan.1. Susunan Perusahan-Perusahaan di PT. Energi Mega Persada. Tbk
Fisiografi
Daerah Sidoarjo
Daerah Sidoarjo secara
fisiografi termasuk dalam Zona Kendeng yang diapit oleh Zona Rembang di bagian
utara dan zona Solo di bagian selatan (Bemmelen, 1949). Di wilayah ini
tersingkap Formasi Kabuh, Formasi Jombang, dan Aluvium. Santosa dan Suwarti
(1992) telah memetakkan geologi Lembar Malang dan daerah Sidoarjo termasuk di
bagian utaranya yang secara umum tersusun oleh batuan sedimen klastika,
epiklastik, piroklastik, dan aluvium, berumur dari Plistosen Awal hingga Resen.
Di sebelah utara
wilayah Sidoarjo terdapat antiklin dengan sumbu berarah timur–barat yang
menghunjam ke arah timur (Selat Madura). Antiklin ini menempati bagian timur
dari Zona Kendeng tersebut. Di daerah Porong dan sekitarnya tempat semburan
LUSI terjadi merupakan daerah dataran yang ditutupi oleh endapan aluvial Delta
Brantas setebal ±100 m lebih. Endapan aluvial ini ke arah selatan langsung
kontak dengan batuan vulkanik Gunung Penanggungan, salah satu kerucut tua dari
Kompleks Gunung Api Arjuno – Welirang.
Stratigrafi
Daerah Sidoarjo
Stratigrafi batuan yang
terdapat di daerah Sidoarjo dan sekitarnya dapat dicerminkan oleh stratigrafi
sumur eksplorasi minyak dan gas bumi Banjar panji-1 dan Porong, Sidoarjo.
Endapan batuan di wilayah ini diawali dengan terbentuknya batugamping pada
zaman Pliosen, kemudian ditutupi secara tidak selaras oleh endapan batupasir
vulkanik Pliosen atas, batulempung berwarna kebiru-biruan, selang-seling
batupasir dan serpih berumur Plistosen Bawah - Tengah. Kelompok batuan tersebut
kemudian yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan Gunung Api Notopuro
berumur Plistosen Atas dan aluvial Delta Brantas berumur Resen.
Batupasir vulkanik yang
terdapat di sumur Banjar panji-1 ini mempunyai ketebalan sekitar 962 m (Adi
Kadar dkk, 2007) yang menipis ke arah timur (PT. Lapindo Brantas, 2006).
Lapisan batuan ini adalah endapan batuan vulkanik hasil erupsi gunung api yang
berada di sebelah barat atau barat dayanya yang berumur Pliosen Atas dan
merupakan hasil orogenesa Plio - Plistosen. Batulempung berwarna kebiru-biruan
yang menindih di atasnya adalah bagian bawah dari Formasi Pucangan berumur Plistosen
Bawah.
Gambar 4.Sayatan Geologi Bawah Permukaan Sumur Banjar Panji-1
Tatanan
Tektonik
Cekungan Jawa Timur
merupakan cekungan batuan sedimen yang sangat luas dimulai dari Jawa Tengah
bagian timur sampai ke Selat Madura (Bemmelen, 1949). Batuan yang terdapat di
bagian timur berumur relatif muda dibandingkan dengan bagian barat. Cekungan
ini telah mengalami perlipatan dengan sumbu antiklin berarah timur – barat dan
pensesaran, baik sesar normal maupun sesar naik sejak Miosen sampai Resen
(Davies dkk, 2007).
Cekungan Jawa Bagian
Timur sudah terbentuk pada zaman Tersier yang mengendapkan batugamping,
batunapal, dan batuan gunung api. Aktivitas vulkanik yang terjadi pada saat itu
terdapat di bagian selatan Pulau Jawa, membentuk Formasi Andesit Tua dan Gunung
Banyak yang terdapat di sekitar Surakarta (Bemmelen, 1949). Stratigrafi
Cekungan Jawa Timur (Tabel 2.1.).
Tabel.1. Korelasi
Stratigrafi Batuan Tersier dan Kuarter di Jawa Bagian Timur dan LUSI
(Modifikasi Bemmelen, 1949 dan Kadar, 2006).
Pada zaman Miosen Atas
terbentuk Formasi – Formasi Kalibeng Bawah, Cipluk, Kapung, dan Kalibiuk di
Zona Kendeng. Di Zona Rembang masih berlangsung pengendapan Formasi
Wonocolo yang ditutupi secara selaras oleh Formasi Ledok dan kemudian disusul
oleh Formasi Mundul pada bagian sayap selatan dan Formasi Kerren pada sayap
utara sampai zaman Pliosen Tengah. Di Zona Kendeng kemudian pada zaman ini
terbentuk Formasi Kalibeng Atas yang terdiri atas batugamping Klitik, batunapal
Sonde, dan batugamping Balanus, sedangkan di sekitar Ungaran terbentuk Seri
Damar.
Pada zaman Pliosen Atas
- Plistosen Bawah pengangkatan dasar laut terus berlangsung dengan perlahan dan
terbentuklah Formasi Kalibeng Atas dan Formasi Pucangan berupa batulempung
hitam yang diendapkan pada lingkungan danau air tawar. Formasi Kalibeng Atas
(batugamping) yang berkembang pada lereng selatan ditutupi selaras oleh
batupasir tufaan kapuran dengan moluska laut dan secara setempat – setempat
berupa batugamping Balanus. Kemudian lapisan batuan tersebut dikenal
dengan “Ngronan Horizon”, yang ditutupi secara selaras oleh lapisan batuan
vulkanik dari Formasi Pucangan (Bemmelen, 1949). Gunung Wilis Tua merupakan
gunung api yang aktif saat itu yang salah satu hasil erupsinya diantaranya
membentuk lapisan batuan vulkanik dalam Formasi Pucangan. Sedangakan di Zona
Rembang terbentuk batulempung biru dengan batunapal dan batugamping dari
Formasi Malo.
Pada zaman Plistosen
Tengah proses tektonik berlangung semakin kuat, yang mengakibatkan terbentuknya
perlipatan yang berarah relatif timur – barat, dan patahan naik serta patahan
normal berarah relatif sama, yaitu timur – barat. Lipatan – lipatan kecil
(antiklinorium) Cepu terus berlanjut hingga ke Pulau Madura.
Di sebelah selatan wilayah
ini terdapat Jalur gunung api Gunung Lawu Tua, Gunung Wilis, dan Anjasmoro.
Aktivitasnya berlangsung sampai Plistosen Atas (1 juta tahun yang lalu). Produk
letusannya menghasilkan endapan batuan Formasi Notopuro. Di sebelah utara Zona
Randublatung di sekitar Rembang terbentuk Gunung Lasem dan Gunung Butak yang
merupakan aktivitas magmatik back arc basin. Daerah Rembang dan
sekitarnya berubah menjadi daratan 1,5 juta tahun yang lalu.
Pada zaman Plistosen
Atas (1 juta tahun yang lalu) Gunung Lawu Tua longsor ke arah utara membentuk
endapan – endapan batuan vulkanik di sekitar Solo, setelah itu istirahat cukup
lama, kemudian kembali aktif dan membentuk Gunung Lawu Muda dikenal juga dengan
nama Gunung Jobolarangan. Pada saat itu aktivitas Gunung Anjasmoro berpindah
relatif ke sebelah selatan, timur, dan timur laut membentuk Kompleks Gunung
Kawi – Arjuno – Welirang – Penanggungan, sedangkan Gunung Wilis tidak
menunjukkan aktivitasnya lagi sampai saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan
bentuk morfologinya yang kasar mencerminkan tingkat erosi yang sudah sangat
lanjut.
Zona Randublatung dari
1 juta tahun yang lalu sampai saat ini terus mendangkal, yang dahulunya berupa
rawa – rawa / laut sangat dangkal berubah menjadi dataran aluvial. Daerah ini
merupakan tempat terkumpulnya endapan – endapan sungai atau dataran limpah
banjir yang menghasilkan endapan – endapan lumpur seperti kita lihat di sawah –
sawah yang ada sekarang.