- Back to Home »
- Agama , Akhlaq »
- Do'a Ketika Kenaikan Harga Barang
Posted by : Arriqo Arfaq
Jumat, 10 Januari 2014
Mudah mengeluh ketika
sedang sulit merupakan salah satu karakter manusia.
إِنَّ الْإِنْسَانَ
خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ
مَنُوعًا
Sesungguhnya
manusia diciptakan dalam keadaan memiliki sifat halu’, apabila dia sedang
mengalami kesulitan, dia mudah berkeluh kesah,dan jika sedang mendapatkan
kenikmatan, dia bersikap pelit. (QS. Al-Ma’arij: 19 – 21)
Karena yang dipikirkan manusia, bagaimana bisa hidup enak dan
enak. Sehingga ketika mendapatkan kondisi yang tidak nyaman, mereka merasa
sangat sedih, bahkan sampai stres.
Ada beberapa
keterangan yang bisa kita petik sebagai ketika terjadi kenaikan harga barang,
Pertama,
bahwa kenaikan harga barang merupakan ketetapan Allah
Fenomena kenaikan harga barang bahkan pernah terjadi di zaman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam riwayat bahwa di zaman sahabat pernah terjadi
kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menyampaikan
masalahnya. Mereka mengatakan,
يا رسول الله غلا السعر
فسعر لنا
“Wahai Rasulullah,
harga-harga barang banyak yang naik, maka tetapkan keputusan yang mengatur
harga barang.”
Mendengar aduhan ini, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
إن الله هو المسعر
القابض الباسط الرازق وإني لآرجو أن ألقى الله وليس أحد منكم يطلبني بمظلمة في دم
أو مال
“Sesungguhnya
Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan
rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah
dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan
kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad 12591, Abu Daud 3451, Turmudzi
1314, Ibnu Majah 2200, dan dishahihkan Al-Albani).
Anda bisa perhatikan,
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat laporan tentang
kenaikan harga, yang beliau lakukan bukan menekan harga barang, namun beliau
ingatkan para sahabat tentang takdir Allah, dan Allah yang menetapkan harga.
Dengan demikian, mereka akan menerima kenyataan dengan yakin dan tidak terlalu
bingung dalam menghadapi kenaikan harga, apalagi harus stres atau bahkan bunuh
diri.
Kedua,
Kenaikan harga barang, tidak mempengaruhi rezeki seseorang
Bagian penting yang
patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah. Jatah rezeki
yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat
Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan
menggeser jatah rezeki mereka.
Allah menyatakan,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ
الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا
يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Andaikan
Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat.” (QS. As-Syura: 27)
Ibnu Katsir
mengatakan,
أي: ولكن يرزقهم من
الرزق ما يختاره مما فيه صلاحهم، وهو أعلم بذلك فيغني من يستحق الغنى، ويفقر من
يستحق الفقر.
“Maksud ayat, Allah
memberi rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung
maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu, sehingga Allah memberikan
kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah menjadikan miskin
sebagian orang yang layak untuk miskin.” (Tafsir Alquran al-Adzim, 7/206)
Terkait dengan hal
ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar
jangan sampai mereka merasa rezekinya terlambat atau jatah rezekinya serat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ ،
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ ، فَلا
تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، اتَّقُوا اللَّهَ أَيُّهَا النَّاسُ ، وَأَجْمِلُوا
فِي الطَّلَبِ ، خُذُوا مَا حَلَّ ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya,
karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada
Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal
dantinggalkan yang haram.” (HR. Baihaqi dalam sunan al-Kubro 9640, dishahihkan
Hakim dalam Al-Mustadrak 2070 dan disepakati Ad-Dzahabi)
Satu catatan yang
penting dipahami, hadis ini bukan untuk memotivasi agar anda tidak bekerja atau
meninggalkan aktivitas mencari rezeki. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan demikian, tujuannya agar manusia tidak terlalu ambisius dengan
dunia, sampai harus melanggar yang dilarang syariat. Kemudian ketika terjadi
musibah, manusia tidak sedih yang berlebihan, apalagi harus stres.
Mereka
tidak Peduli dengan Kenaikan Harga
Jaga shalat, semahal
apapun harga pangan, Allah menjamin rizki anda,
Allah berfirman,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Perintahkahlah
keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam menjaga shalat. Aku tidak meminta
rizki darimu, Aku yang akan memberikan rizki kepadamu. Akibat baik untuk orang
yang bertaqwa.” (QS. Thaha: 132)
Di masa silam, terjadi
kenaikan harga pangan sangat tinggi. Merekapun mengadukan kondisi ini kepada
salah seorang ulama di masa itu. Kita lihat, bagaimana komentar beliau,
والله لا أبالي ولو
أصبحت حبة الشعير بدينار! عليَّ أن أعبده كما أمرني، وعليه أن يرزقني كما وعدني
“Demi Allah, saya
tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1
dinar! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang Dia
perintahkan kepadaku, dan Dia akan menanggung rizkiku, sebagaimana yang telah
Dia janjikan kepadaku.”
Allahu
a’lam
Dikutip dari http://www.konsultasisyariah.com
dengan perubahan seperlunya