- Back to Home »
- Geologi , Geoscience »
- Hubungan Karakteristik Gurun dengan Proses Geologi
Posted by : Arriqo Arfaq
Sabtu, 12 Juli 2014
Temperatur
siang hari umumnya berkisar pada 32-38 C pada musim panas, seringkali pula
mencapai 46-50 C. Temperatur tertinggi yang pernah diukur adalah 58 C di El
Azizia, Libya, pada tanggal 13 September 1922. Pada musim dingin, temperatur
siang hari hanya berkisar pada 10-18 C. Namun seringkali pula mencapai 35 C.
Fluktuasi temperatur pada musim dingin berkisar dari <0 C hingga 38 C pada
satu hari. Meskipun gurun didefinisikan hanya menerima curah hujan <25
cm/tahun, namun angka tersebut tidak akurat sekaligus tidak dapat diprediksi.
Sering terjadi suatu tempat menerima curah hujan melebihi angka presipitasi
tahunan dalan satu kali badai, dan kemudian hanya menerima sedikit atau tidak
ada hujan sama sekali untuk tahun-tahun berikutnya. Vegetasi di gurun umumnya
jarang dan terdistribusi tidak merata serta memiliki ciri pertumbuhan yang
lambat.
Pelapukan
mekanis adalah jenis pelapukan paling dominan di daerah gurun, dengan bentuk
utamanya berupa variasi temperatur harian yang ekstrim.Pelapukan mekanis
lainnya akibat akar tanaman dan pertumbuhan Kristal garam juga turut andil.
Pelapukan kimiawi sangat sedikit karena iklim yang kering dan minimnya asam
organik dari tumbuhan yang tersebar jarang. Pelapukan kimiawi hanya berkembang
sesaat ketika musim dingin dan curah hujan cukup banyak. Salah satu fenomena
menarik di gurun adalah pernis batuan (rock varnish, sering pula disebut
patination), yaitu lapisan sangat tipis berwarna coklat atau hitam dengan
komposisi besi dan oksida mangan. Sumber kedua mineral tersebut diduga dari
debu gurun yang dibawa oleh angin atau dari penguapan kotoran mikroorganisme.
Tanah gurun, jika berkembang, umumnya tipis dan setempat-setempat,karena
terbatasnya hujan serta akibat jarangnya vegetasi yang mengurangi efisiensi
pelapukan kimiawi dan pembentukan tanah. Terlebih, jarangnya vegetasi penutup
membuat erosi angin sangat kuat sehingga hanya sedikit tanah yang bisa
terbentuk.
Air,
meskipun bukan agen proses eksogenik yang dominan, sering meninggalkan
jejaknya. Kondisi kering dan jarangnya vegetasi memperbesar peluang terjadinya
erosi air. Karena seringkali datang sekaligus ketika badai, air dalam jumlah
banyak mampu mengerosi dan membawa banyak material gurun dalam waktu yang
singkat. Sungai-sungai yang ada di gurun tidak berkembang baik karena sifatnya
yang intermitten. Sebagian besar tidak pernah mencapai laut, karena paras muka air
tanah (water table) sangat dalam, sehingga sungai-sungai tidak pernah mendapat
pasokan air dari air tanah untuk menggantikan airnya yang menguap ke udara dan
yang terserap ke dalam tanah. Jenis pola pengaliran seperti ini disebut
internal drainage, dimana muatan sungai hanya diendapkan di lingkup gurun saja.
Sebagian gurun memiliki sungai permanen, seperti Sungai Nil di Afrika. Sungai-sungai
tersebut mampu mengalir melintasi gurun karena hulunya berada diluar kawasan
tersebut dan volume air pada mata air tersedia dalam jumlah melimpah, cukup
untuk menggantikan hilangnya air yang kelak menguap dan
terserap selama menempuh perjalanan melintasi gurun.