- Back to Home »
- Agama , Akhlaq »
- Muslim Baik Berdakwah dengan Baik
Posted by : Arriqo Arfaq
Selasa, 19 Agustus 2014
Sudah
menjadi rahasia umum untuk mahasiswa atau orang yang beragama Islam, bahwa
dakwah adalah kewajiban turun temurun dari zaman Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassalam hingga Islam terbagi-bagi seperti sekarang. Dalam dakwah, pastinya
kita akan menemukan sesuatu yang menghalangi kita dalam menyampaikan kebaikan
Islam. Entah audiens yang tidak mendukung, dibilang ‘sok alim’, atau bahkan
terlalu melanggar ini-itu dan terlalu
kaku dalam menyampaikan dakwah sehingga kita dapat dianggap tukang atur di
masyarakat. Anggapan inilah yang membuat kita menjadi dikucilkan dalam
kehidupan bersosial, apalagi dengan teman-teman kita. Label “muslim
menyebalkan” akan selalu tertera dalam kehidupan kalian atau setidaknya hingga
kalian berpindah ke lingkungan yang baru.
Tentu
kita tidak mau terjebak dalam retorika ini. Di sinilah kita memerlukan “seni”
dalam berdakwah. Bagaimana caranya yang kita sampaikan kepada khalayak ramai
adalah sesuatu yang dapat diterima oleh mereka. Banyak sekali cara-caranya
untuk dapat menyampaikan dakwa yang mengena di hati masyarakat. Cara-cara itu
adalah tahap untuk kita menyampaikan dakwah. Karena dakwah Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassalam pun didesain oleh Allah SWT sebagai dakwah yang
bertahap penyampaiannya dan tidak tergesa-gesa.
Jiwa manusia itu biasanya cenderung kepada hal-hal yang menyimpang
dan berbuat ma’siat, sehingga apabila kita memperbaiki jiwa itu secara frontal,
maka sama saja dengan membenturkan diri dengannya. Karena itu, selayaknya
seorang da’i wajib bersikap lembut, melakukan pedekatan serta terapi secara
bertahap dan mengenal pintu-pintu masuk untuk memasuki jiwa tersebut.
Aisyah Ummul Mukminin berkata, “Pertama
kali yang diturunkan dari Al-qur’an adalah surat-surat pendek yang didalamnya
sering disebut surga dan neraka. Sampai ketika manusia sudah banyak yang
memeluk islam, turunlah penjelasan halal dan haram. Seandainya yang pertama
kali turun adalah “Janganlah kamu minum khamr” niscaya mereka akan berkata,
“Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya.” Atau seandainya yang turun
pertama adalah,”Janganlah kamu berzina” niscaya mereka akan berkata,”Kami tidak
akan meninggalkan zina selamanya.” (HR Bukhari). Dengan
demikian, dalam melakukan suatu proses mengubah jiwa manusia haruslah dengan
sedikit demi sedikit, mempersiapkannya untuk menerima suasana yang baru. Terhalang
oleh budaya sekitar lingkungan itu hal yang menyulitkan memang, untuk itulah
penyampaian dilakukan secara bertahap. Jangan terburu-buru dalam menyampaikan
sesuatu, salah-salah hanya akan menimbulkan perpecahan, dan kita akan dicap
sebagai “muslim menyebalkan”. Wallahu’alam. (zak)
Referensi: http://conangaul.wordpress.com/2014/01/15/bertahap-dalam-pembebanan-at-tadaruj-fii-takaliif/